Tulus Melayani Konsumen Sebagai Operator SPBU Lebih Dari Satu Dekade

0

WAKTU telah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Matahari tampak berlindung dibalik awan hitam yang disertai dengan gerimis sehingga membasahi jalanan yang sudah mulai mengering.

DARI kejauhan, nampak hilir mudik kendaran roda dua dan empat silih berganti keluar masuk areal Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di kawasan simpang tiga, Jalan Belitung Darat, Kelurahan Kuin Selatan, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan tersebut.

Senyum, Salam dan Sapa (3S) yang sudah menjadi kebiasaan para operator pun selalu menyambut setiap pelanggan yang datang ke SPBU untuk mengisi kebutuhan BBM.

BACA : Nihil Kecelakaan, Pertamina Raih Penghargaan Dari Menaker

Ya bekerja menjadi seorang operator di (SPBU) sudah pasti tak mudah dan mempunyai berbagai tantangan tersendiri. Di tengah perjuangan yang berat, namun mereka selalu bersikap ramah dan tulus dalam melayani konsumen.

Adapun beberapa operator baik pria atau wanita sibuk dengan pompa dispensernya masing-masing, yang mana terdapat 7 pompa pengisian di SPBU tersebut. Dengan penuh rasa senang dan semangat tampak disalah satu pompa pengisian bahan bakar seorang pria tidak berbadan besar dan tinggi.

Dengan memakai topi merah serta berkostum pakaian merah merah ia tampak serius bolak-balik menekan angka di mesin pompa sembari mengisi ujung selang dispenser ke dalam tangki truk – truk besar hingga sepeda motor. Ya, dia adalah Zaenal Muttaqin, warga Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara yang bekerja di SPBU tersebut.

BACA JUGA :  Dukung UMKM Kalimantan, Pertamina Kembali Salurkan Pinjaman Rp 2,5 Milyar

“Saya sudah terbiasa dengan pekerjaan ini, merupakan kewajiban bagi saya untuk melayani konsumen,” kata Zaenal sapaan akrabnya, saat dikunjungi jejakrekam.com, Sabtu, (17/10/2020).

Sosoknya yang dikenal sangat baik, humoris dan mudah bergaul ini tentunya tidak asing lagi bagi rekan rekan seprofesi tempatnya bekerja. Bahkan, dirinya juga mengaku sudah pernah menjajal menjadi operator di 4 SPBU berbeda di berbagai wilayah Kalsel dalam kurun waktu 14 tahun.

“Mulai 2006 bekerja di SPBU. Ketika saya lulus  SMA tahun 2004, yang mana sebelumnya saya bekerja tidak menentu, begitu ada peluang saya memberanikan diri untuk bekerja menjadi seorang operator SPBU, karena sebagai anak yang ingin membantu orang tua maka terbesit waktu itu untuk fokus bekerja,” ungkapnya.

Ia menceritakan awal mulai mengenal mesin dispenser di SPBU pertama di Kabupaten Banjar yang berjarak 10 km dari titik kota Seribu sungai, Banjarmasin dan 17 km dari rumahnya saat itu.  Upahnya perbulan kala itu masih berada di kisaran Rp 670 ribu.

Untungnya, pada saat itu ia masih belum berkeluarga. Namun, bagi seorang anak muda, tentunya ingin merasakan indahnya memiliki seorang kekasih yang bisa menjadi penyemangat selain orang tua sendiri.

“Berapa pun upah saya tetap disyukuri, saya tidak mengeluh, bagi saya tetap ada rezeki, dan itu pasti, karena selain saya masih banyak lagi yang membutuhkan pekerjaan,” tuturnya.

BACA LAGI : Gunakan Aplikasi Mypertamina, Pengusaha Transportir Mobil Tangki Diberi Penghargaan

Tak lama dirinya berpindah tempat kerja keluar kota, yakni daerah Kecamatan Bati – Bati, Kabupaten Tanah Laut, sekitar kurang lebih 1 jam dari Banjarmasin menggunakan kendaraan roda 2.

Zaenal mengatakan, ada perasaan tidak nyaman bekerja jauh meninggalkan orang tua, bahkan saat itu orang tuanya juga sempat melarangnya bekerja di sana, karena terlalu banyak resiko dalam perjalanan, terlebih daerahnya masih terbilang cukup sepi. Cukup berat baginya dia harus pulang pergi tempat kerja dan pada akhirnya tinggal dan kos disana.

“Dengan langkah berat, saya mengambil keputusan untuk tetap menerima pekerjaan diluar kota, dengan bismillah saya langkahkan kaki kanan, di waktu subuh sebelum shalat, tetes air mata orang tua mengiringi hari pertama saya bekerja, ditambah lagi biaya kos Rp 250 Ribu perbulan,” ucapnya bercerita.

Ia membeberkan, selama 1 dekade lebih menjadi operator, tentu punya banyak kisah suka dan duka. Apalagi pekerjaannya tersebut membuat dia tiap hari berinteraksi langsung dengan masyarakat yang hilir mudik mengisi bahan bakar kendaraannya.

BACA LAGI :  Program Berkah Energi Pertamina, Warga Banua Berhasil Mendapat Hadiah Mobil  

Sampai pada masanya dirinya menikahi seorang perempuan muslimah dari kota yang sama dan tentunya hal ini menjadi sedikit pikiran karena meninggalkan istri tercintanya. Tapi sekali lagi, dengan niat tulus melayani konsumen dan membahagiakan keluarga, semua rintangan tetap dilaluinya.

Suami dari Gusti Annisa itu, harus bisa mengendalikan emosi dengan tingkah pembeli yang kadang bermacam-macam. Namun, prinsip konsumen adalah raja tentu harus terus tetap selalu diingat.  

Antrian yang mengular kadang membuat mereka sering tidak mematuhi aturan, seperti menggunakan telepon genggam di areal SPBU sampai menerobos antrian dengan mengaku dirinya sebagai orang yang berpengaruh di sekitar wilayah tersebut.

Hal demikian tentunya menimbulkan kecemburuan dari konsumen yang mengantri berjam-jam. Namun baginya, sudah menjadi konsekuensi sebagai operator yang bertugas melayani dengan tulus, bahkan sampai di maki konsumen pernah dirasakannya.

“Tetapi saya tidak mau tanggapi. Saya fokus dengan pekerjaan, menikmati pekerjaan ini, dan tugas saya bekerja dengan ikhlas dan tulus agar semua bisa terlayani dengan baik,” tegasnya.

Disisi lain dirinya mengungkap bahwa bekerja sebagai operator SPBU tidaklah mudah, apabila antrian panjang, maka bisa dipastikan operator SPBU akan bekerja ekstra sibuk dalam melayani pelanggan.

Menghitung, sekaligus memeriksa uang tersebut palsu atau tidak dalam singkat, resiko nombok pun bisa terjadi. Bahkan yang paling ditakutkan bisa dituduh berkomplot dengan penadah BBM.

“Nah kasus seperti ini mungkin memang jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi misalkan ada pembeli yang memodifikasi tangki BBM sehingga berkapasitas lebih, nah ketika pembeli tersebut tertangkap basah oleh polisi di suatu SPBU, sudah pasti operator yang melayani akan ikut diperiksa oleh pihak yang berwajib,” jelasnya.

Ia mengatakan dirinya bersyukur sekarang sudah kembali bekerja di SPBU tempat kelahirannya 35 tahun silam di Kota Banjarmasin yang sebelumnya sempat merasakan kepindahan 3 kali ke luar kota yang lebih jauh dari sebelumnya.

Apalagi sekarang dengan didukung teknologi digital, mengharuskan dirinya dituntut bisa menjalankan program – program Pertamina melalui SPBU untuk memudahkan konsumen.

“Dengan hadirnya berbagai program Pertamina, seperti pembayaran dengan menggunakan aplikasi My Pertamina sangat efisien, masyarakat juga bisa mendapatkan berbagai macam promo dan transaksi pembelian di SPBU pun semakin nyaman, mudah dan praktis,” jelasnya.

PT Pertamina (Persero) terus mendorong penggunaan aplikasi MyPertamina untuk mencegah penyebaran COVID-19 yang sejalan dengan anjuran pemerintah untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 guna beralih ke uang elektronik.

“Jika menggunakan MyPertamina, maka pertemuan fisik akan tercegah sehingga meminimalisir penyebaran COVID-19, khususnya dalam setiap pembelian BBM di setiap SPBU,” ucap Zaenal.

Ayah dari 2 orang anak ini sempat diminta berhenti bekerja oleh istrinya, tapi bagi Zaenal, dirinya masih berkeinginan untuk melayani masyarakat lewat pekerjannya sebagai operator.

”Dengan slogan Pasti Pas! Saya masih ingin selalu melayani masyarakat dengan tulus. Hal ini merupakan suatu kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya dengan membuat konsumen senang,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Akhmad Faisal
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.