Walikota Ibnu Sina Sebut PSBB Gagal atau Berhasil Diukur pada Kepatuhan Warga

0

PENGENDALIAN virus Corona (Covid-19) Gagal, Tanggung Jawab Siapa? Masalah ini menjadi topik Ngopi (Ngobrol Pinggiran) Akhir Pekan sesi 4 digelar jejakrekam.com, Minggu (5/7/2020), dihadiri banyak narasumber.

WALIKOTA Banjarmasin Ibnu Sina sebagai pembuka diskusi virtual ini mengakui sejak awal ketika ibukota Kalimantan Selatan ini dilanda pandemi Covid-19, terus melakukan pelacakan dan penelusuran (tracing-tracking) hingga testing, serta perawatan di fasilitas kesehatan.

“Dari awal, kluster yang muncul di Banjarmasin adalah Ulin1, yang memicu lahirnya Ulin2. Namun, kluster yang agak menghebohkan adalah kluster Gowa, kemudian melahirkan kluster-kluster baru seperti Pekapuran, Antasari, Sukabumi, dan lainnya,” tutur Ibnu Sina, dalam diskusi yang dihadiri Ketua DPRD Banjarmasin Harry Wijaya, Ketua Komisi IV DPRD Kalsel Lufti Saifuddin dan senator DPD RI Habib Zakaria Bahasyim dan lainnya.

BACA : Masuk Level Berbahaya, Empat Kelurahan Di Banjarmasin Ditetapkan Zona Hitam Covid-19

Walikota Ibnu Sina pun mengutip data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjarmasin pada Sabtu (4/7/2020), terdata total akumulatif kasus Covid-19 mencapai 1.479 orang.

“Hingga data Sabtu (4/7/2020) lalu, sudah ada 1.479 kasus. Namun, pada 21 Mei 2020 lalu, terjadi garis singgung antara kasus kematian dan angka kesembuhan. Saat ini, justru angka kesembuhan lebih tinggi dibandingkan angka kematian di Banjarmasin. Terdata ada 276 orang yang sembuh, berbanding 126 yang meninggal dunia,” papar Ibnu Sina.

BACA JUGA : PSBB Terbukti Gagal? Saatnya Pakar Epidemiologi Berada di Garda Terdepan Atasi Wabah Covid-19

Ia menegaskan tingginya angka kasus Covid-19 di Banjarmasin juga karena tingginya upaya pelacakan dan penelurusan yang dilakukan tim surveilans Dinkes Banjarmasin dan gugus tugas.

“Sudah lebih dari 10 ribu di Banjarmasin dilakukan rapid test, dan baru 3.189 sampel swab yang telah selesai. Sisanya, ada 561 hasil swab belum keluar,” papar Ibnu Sina.

BACA JUGA : Ahli Paru yang Minim, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ikut Tangani Pasien Covid-19 di Kalsel

Mantan Ketua DPW PKS Kalsel ini menyebut justru masih terjadi antrean untuk uji sampel di laboratorium, termasuk dua alat mesin PCR yang diserahkan Kementerian Kesehatan juga belum optimal. Keterlambatan ini juga menjadi kendala dalam penuntasan kasus Covid-19 di ibukota Kalsel ini.

“Jadi, tingginya kasus Covid-19 juga terkait dengan tiga metode yang diberlakukan tracing, tracking dan testing,” katanya.

Ibnu Sina menyebut apakah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam tiga jilid yang diberlakukan 38 hari, hingga penetapan status pasca darurat PSBB itu gagal atau tidak, bisa diukur dengan tiga indikator yakni tingkat kepatuhan tidak keluar rumah, tidak melakukan kerumunan dan menggunakan masker.

“Jika di atas 50 persen, maka PSBB itu bisa dikatakan berhasil. Kalau di bawah itu, baru bisa disebut gagal. Ini yang acuan Banjarmasin seperti yang diterapkan DKI Jakarta mengutip pendapat ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia,” beber Ibnu Sina.

Saat ini, menurut dia, lebih fokus pada pembatasan sosial berskala kecil (PSBK) dengan menitikberatkan pada kelurahan, termasuk membangun kampung tangguh Banua dan kampung sehat di Banjarmasin.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.