Walhi Kalsel Bantah Pernyataan Sawit Tak Berbahaya

0

PERNYATAAN Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Dr Tungkot Sipayung  yang mengklaim perkebunan kelapa sawit tidak berbahaya terhadap lingkungan, langsung dibantah Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono.

BAGI Kisworo, pernyataan bahwa isu kerusakan lingkungan serta lainnya hanya kampanye hitam sungguh tidak beralasan. Terlebih lagi, ada pernyataan bahwa sorotan dunia itu akibat berkembangnya industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, akibat akal-akalan kompetitor minyak nabati yang kalah bersaing dengan minyak sawit.

“Aneh juga pernyataan semacam itu. Dalam monokultur skala luar, kok dikatakan tidak ada hubungannya keberadaan perkebunan kelapa sawit itu dengan kerusakan lingkungan. Darimana dasar hipotesis ini? Padahal, dampak dari perkebunan kepala sawit dari fakta dan data juga sudah menunjukkan hal sebaliknya. Dampaknya yang dirasakan berskala menyeluruh, dari sosial, politik, budaya, potensi lokal, kriminalisasi rakyat, konflik agrarian, monopoli tanah, dan hilangnya ruang hidup rakyat dan lainnya adalah fakta dan data yang tak bisa dibantah, dan terjadi di lapangan,” kata Kisworo mengomentari hasil Workshop Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dengan tema “Jurnalis Menguak Fakta di Balik Industri Kelapa Sawit di Swissbell Hotel Banjarmasin, Rabu (20/12/2017).

Belum lagi, masih menurut aktivis lingkungan ini, para pengelola perkebunan kelapa sawit selalu menggunakan bahan kimia yang sangat berbahaya dan mengancam ekosistem keanekaragaman hayati. Bagi Kisworo, dampak dari perkebunan kelapa sawit  justru terasa menyeluruh dari hulu hingga hilir bisnisnya.

“Akibatnya, ketika masalah bisnis yang di hilirnya khususnya dalam pembuatan minyak sawit yang berdampak bagi perekonomian, lalu melupakan fakta yang terjadi di hulunya. Ini belum lagi ada indikasi kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dalam perizinannya,” tutur Cak Kiss-sapaan akrabnya.

Sebagai data dan fakta, jebolan Fakultas Pertanian ULM ini mengatakan bukan hanya kelapa sawit, pertanaman tunggal (monokultur) yang lain juga secara luas pasti akan berpengaruh terhadap kondusi lingkungan. “Belum lagi, adanya indikasi kebakaran hutan yang menimbulkan asap tebal, saat pembukaan lahan sawit yang sangat massif pada 2015. Hingga akhirnya, Presiden RI Joko Widodo terpaksa membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG). Ini adalah fakta dan data yang terjadi dalam perkebunan kelapa sawit dalam skala besar di Kalimantan,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : FB Kisworo

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.