Suarakan Ketidakadilan yang Dirasakan Rakyat, Disentil dengan Seni Teater

0

RUANG dan waktu untuk berekspresi para seniman muda di Kalimantan Selatan, sepertinya masih terbatas, terkhusus di ruang publik. Kondisi kekinian bangsa dan negara yang terus digerogoti aksi tipu para penyelenggara negara dengan tindakan koruptif serta hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas, menjadi sindiran para penggiat seni dalam peringatan Hari Teater Sedunia 2017 di Taman Siring Tendean Banjarmasin, Kamis (23/3/2017).

ATRAKSI seni yang mengadopsi tema kekinian ditampilkan Komunitas Seni Amuntai di Parantauan (Kasadipa). Walau dibentuk setahun yang lalu, para penggiat seni teater, seni rupa, musik dan tari bergabung dalam wadah yang baru, benar-benar ingin menunjukkan lewat seni bisa menjadi wahana menyampaikan pesan moral kepada para penonton.

“Ada 40 anggota yang tergabung dalam Sanggar Kasadifa.Kebanyakan memang merupakan mahasiswa dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), IAIN Antasari, Uniska Syekh Muhammad Arsyad Albanjary, STKIP PGRI, serta Politeknik Banjarmasin. Ya, kami hadir di sini untuk memeriahkan peringatan Hari Teater Sedunia yang digelar tiap tahun,” ujar Sekretaris Sanggar Kasadipa, Mahyuddin Noor kepada jejakrekam.com, Kamis (23/3/2017).

Nah, dari pertunjukan seni teater yang bertajuk Pantun Berkait, para anggota Sanggar Kasadipa menampilkan suguhan yang cukup atraktif dan menggelitik. Balutan pakaian adat Banjar, diwarnai aksi teater tunggal, monolog serta figuran horor, hingga dialog yang berisi sentilan terhadap kondisi kekinian bangsa Indonesia. Terutama, perlakuan hukum yang tak adil dan hanya menjadikan rakyat jelata menjadi korban dari diskriminasi hukum. “Yang pasti, ada pesan-pesan moral yang ingin kami sampaikan. Kebetulan saat ini tampil di areal publik. Biasanya, kami latihan di areal Open Space ULM,” ujar karyawan honorer SMPN 5 Banjarmasin ini.

Ketua Panitia Pelaksana Peringatan Hari Teater Sedunia 2017, Muhammad Nasar Helmi pun mengakui selama ini untuk tampil ke areal publik harus berhadapan dengan birokrasi yang berbelit. “Daripada kami harus demo di jalanan, lebih baik disalurkan lewat pentas seni. Memang, dalam pementasan seni teater ini, kami ingin menggambarkan bagaimana hukum itu dipermainkan, serta pelaku korupsi yang sudah mewabah di tengah pejabat penyelenggara negara,” ucap Nasar Helmi.

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP ULM ini mengungkapkan ada 11 sanggar yang turut berkiprah dalam pentas seni di Taman Siring Tendean. “Kegiatan ini merupakan rangkaian dari peringatan Hari Teater Sedunia 2017 yang jatuh setiap tanggal 27 Maret. Sebab, nanti puncaknya akan digelar di Balairungsari Taman Budaya Kalsel pada 26-28 Maret 2017 nanti,” ujar Nasar Helmi.

Ia berharap agar pemerintah daerah, khususnya Pemkot Banjarmasin bisa memberi wadah yang representatif bagi seniman muda, khusus penggiat teater untuk mempertunjukkan pesan-pesan moral yang ada di dalam seni teater. “Sebab, selama ini, pertunjukan teater yang menonton kebanyakan berasal dari komunitas teater yang ada. Nah, kalau berada di areal publik semacam ini, tentu pesan-pesan yang ingin disampaikan bisa mengena,” kata Nasar Helmi.

Dia mengungkapkan dari 11 sanggar, tidak melulu didominasi komunitas seni dari kalangan kampus. Sebab, menurut Nasar Helmi, ada beberapa sekolah dan umum yang turut berpartisipasi untuk memperkenalkan sekaligus menggelorakan kembali dunia teater di Kalimantan Selatan.

“Sebetulnya dengan mementaskan seni pertunjukan seperti teater merupakan cara yang lebih intelektual, dibandingkan harus turun ke jalan dan berdemonstrasi menuntut sebuah ketidakadilan yang dirasakan masyarakat,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Foto       : Didi G Sanusi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.