Paman dan Angka Sembilan

0

KATA Paman, semakin populer di masyarakat Kalimantan Selatan, saat Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, dipanggil dengan julukan Paman Birin.  Paman dalam bahasa Indonesia ialah adik laki-laki ayah atau adik laki-laki ibu, atau bisa digunakan untuk menyapa kepada orang laki-laki yang belum dikenal atau patut dihormati.

DALAM kultur Banjar, paman sering disebut pakacil. Paman Birin adalah panggilan yang kini sudah menasional hingga internasional.  Bahkan di Amerika Serikat ada panggilan paman, yakni Paman Sam (Uncle Sam).

Dan kata-kata ini kerap disebut Abdul Haris Makkie, Sekda Provinsi Kalsel dalam beberapa forum pertemuan lokal dan nasional. Sebenarnya asal mula julukan untuk negara adikuasa tersebut diambil dari nama seorang lelaki asal Massachusetts bernama Samuel Wilson.

BACA : Paman Birin Komitmen dengan Revolusi Hijau, 1500 Pohon Ditanam

Ada yang menarik dari kegiatan Paman dalam seminggu terakhir ini. Ketika beliau tanggal 21 Maret lalu berceramah di hadapan seluruh pejabat struktural di Gedung Ideham Chalid Banjarbaru. Dengan heroik, dan berapi-api beliau mampu memukau ASN. Saya mencatat pengarahan umum Paman Birin, berdurasi 30 menit,   disampaikan dengan retorika yang baik, intonasi yang dinamis, aksentuasi  yang jelas, gestur  dan kinesik yang enerjik, dan sesekali muncul humor.

Paman Birin memang memiliki brand  Bergerak. Hampir setiap pertemuan ajakan bergerak bak injeksi vitamin bagi pribadi yang maju.

Mengapa Paman, saya sandingkan dengan angka sembilan?  Karena sembilan adalah jumlah pointer yang disampaikan. Walau sebenarnya sembilan menunjukkan angka ‘keramat’ , yakni  angka ganjil yang disenangi  Nabi SAW, dan sembilan identik dengan Walisongo.

BACA JUGA : Paman Birin Tolak Wacana Kenaikan Gaji Gubernur

Pesan pertama ialah, jangan jadi  pemalas. Pemalas adalah kegagalan pribadi dalam mengelola potensi diri. Untuk itu, pemalas atau ‘pengoler’ dalam istilah Banjar, harus dilawan dan diganti dengan rajin. Proses menuju rajin harus dimulai dengan karakater ‘ bergerak’ . Dengan rajin akan melahirkan kepandaian. Jika sudah pandai  memancar pribadi berkualitas, sehingga mampu berdaya saing. Banua kita harus bersaing dengan daerah lainnya. Negara kita harus harus berkompetisi dengan bangsa lainnya, agar kita menjadi bangsa pemenang.  Negeri ini kata Paman Birin, menang dari penjajah karena perjuangan dari pahwalan yang tidak malas dan hanya pasif.

Kedua, bersyukur. Mengutip Surah Ibrahim ayat 7, Paman mengingat ASN dan siapapun, agar kembali ke rumus kebahagiaan, yakni bersyukur. Syukur ialah berterima kasih atas segala bentuk nikmat yang diberikan Allah. Ada tiga instrumen sikap bersyukur yakni  pertama: dalam batin harus mengakui telah menerima nikmat dari Allah. Kedua: secara verbal mengucapkan syukur atas nikmat yang diberi. Ketiga: menjadikan nikmat itu sebagai motivasi dan spirit untuk lebih rajin, bergerak mengabdi kepada Allah SWT.

BACA LAGI : Silang Pendapat Tiga Tahun Kepemimpinan Paman Birin di Kalsel

Ketiga jadilah pelopor pemilu gembira. Kesuksesan pemilu dipengaruhi oleh kehadiran pemilih di TPS. ASN sebagai wakil Negara harus hadir di masyarakat, dengan memberikan virus kebaikan, membuat magnet agar masyarakat disekitar lingkungannya terpacu untuk memberikan suaranya tanggal 17 April.

Maka, suasana gembira harus betul-betul tercipta areal TPS. Dan untuk menciptakan suasana pesta, dimulai dengan inisiasi dan kepeloporan segenap ASN.  Dengan uporia kegembiraan pemilu, diharapkan memberikan efek  bagi terdongkratnya pemilih yang menggunakan hak suaranya , sehingga melahirkan pemimpin yang mendatangkan kegembiraan-kebahagiaan.

Keempat dekat dengan kematian. Perjalanan hidup didunia ini sangat singkat. Semakin berjalan, kita mendekati dengan kontrak umur yang akan habis. Sayangnya, banyak orang yang berulang tahun selalu di sikapi dengan kemeriahan, padahal ulang tahun ‘peringatan dini’, persinggahan kealam barzakh sudah semakin dekat.

BACA LAGI : Tiga Tahun Memimpin, Bongkar Pasang Pejabat ala Paman Birin

Menurut Paman, manusia hanya pasrah menjalani titah sang Maha Pencipta. Pesan ini, memberikan sign bahwa apakah kita sudah siap menghadapi kematian? Bekal apa yang kamu bawa sebagai temanmu di kubur?  Mari kita introspeksi .

Untuk menghadapi persiapan mati, maka menurut Paman hati harus dibenahi, karena hati adalah sentral bagi pribadi. Dan menurut Nabi Muhammad, jika hati itu baik, maka baik seluruh tubuh, tapi jika tidak, maka rusak seluruh tubuh. Untuk itu, memelihara hati menjadi remote yang menampilkan pribadi yang anggun, maka hati harus selamat ‘qalbun salim’ , yakni hati yang terpelihara dari maksiat, dan selalu ingat dengan Allah.

Kelima, Pemimpin terbaik, Nabi Muhammad. Kendati Indonesia sedang mencari pemimpin, namun pemimpin yang ideal-perpect ialah Baginda Nabi. Dialah sang presiden,  pedagang paling jujur, panglima paling gagah berani, kepala keluarga yang paling bahagia, dan manusia yang paling sempurna.  Dengan mengutip surah Al-Ahzab ayat 21, Paman mengajak agar tetap mengidolakan nabi dan menjadikan beliau sebagai model dalam hidup.

Keenam, Haq dan hoax.  Kebohongan saat ini menjadi wabah. Trend penyebaran berita hoax begitu mengkhawatirkan. Hoax yang berisi konten fitnah, ghibah dan berita tidak benar, telah menjadi penyakit kronis bagi bangsa ini. Sikap kita tiada lain, menurut Paman, menolak hoax dan menggantinya dengan haq.  Hoax  harus dilawan dengan yang haq, yakni dengan gerakan tidak melanjutkan kiriman berita hoax dan menjelaskan fakta sesungguhnya.  Seperti kata Al Quran, kita jangan sampai memakan bangkai saudara sendiri.  Ujar Rhoma dalam lagunya ‘semut diseberang lautan kelihatan, tapi gajah dipelupuk mata tak nampak’.

BACA LAGI : Tak Ingin Bermusuhan dengan Paman Birin, Alasan Muhidin Gabung Kubu Jokowi

Orang yang suka menyebarkan hoax dan menyakiti orang lain, maka akibatnya akan mendapatkan kiriman dosa orang yang disakiti. Dan di hari kiamat akan menjadi orang muflis, yakni pailit-bangkrut, karena pahala kebaikannya habis diberikan kepada orang yang pernah disakiti kala di dunia.

Ketujuh, berbeda pilihan, jalin persaudaraan.  Berbeda suku, rasa, agama, dan bangsa harus menjadi ladang saling kenal-mengenal, saling mengeratkan persaudaraan dan persatuan.  Walau berbeda pilihan pemilu kita harus tetap bersatu. Perbedaan membuat sesuatu menjadi indah. Hargai perbedaan dengan sikap toleransi, tidak memaksaan pilihan, dan menyelesaikan sesuatu bukan dengan pertengkaran tapi dengan perdamaian.

BACA LAGI : Napa Habar, Paman Birin…?

Kedelapan, la tahzan. Dalam menghadapi tantangan hidup, jangan larut dengan kesedihan. Don’t be sad,  hadapi problematika hidup, ujian, dan cobaan dengan semangat pantang menyerah, dan tetap bersandar pada sang Kuasa.

Kesembilan, ciptakan suasana nyaman. Bagian terpenting dari kesuksesan ialah saat tercipta kenyamanan dalam keluarga dan tempat kerja. Untuk itu, kita harus pandai membuat dua tempat tersebut bagaikan surga, sehingga menimbulkan inspirasi dan inovasi.

Sembilan point pesan Paman tersebut, saya kira dapat menjadi etos kerja bagi kita dimanapun kita mengabdi.  Terus semangat untuk meraih hidup sukses, dengan kolaborasi zikir dan pikir. (jejakrekam) 

Penulis adalah Pemerhati Komunikasi, Keagamaan dan Kemasyarakatan

Tinggal di Banjarmasin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.