Tak Diperhatikan, Kapal Ferry Dianggap Banyak yang Belum Layak

0

ASPEK keselamatan ternyata belum menjadi hal utama. Tragedi tenggelamnya kapal penyeberangan di Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, beberapa tahun lalu diingatkan bisa menjadi pelajaran berharga bagi para penyedia jasa angkutan massal di atas Sungai Barito yang menghubungkan Banjarmasin dan beberapa daerah di Kabupaten Barito Kuala (Batola).

KONDISI pelabuhan ferry penyeberangan Pelambuan (Jalan Pangeran M Noor) tepatnya di kawasan Pasar Ikan Banjar Raya menuju Sungai Lauk (Desa Pinggiran), Kecamatan Tamban, atau ferry penyeberangan Tamban-Banjarmasin yang belum terperhatikan instansi terkait, khususnya Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin, dan tentu saja Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Kuala.

“Tiap hari saya harus menggunakan jasa ferry penyeberangan untuk bekerja. Tapi, kondisi pelabuhan ferry ini seperti ini-ini saja dan tak dibenahi. Bahkan, kapal yang terbuka dari kayu ini juga sangat rentan keropos dan terbalik,” ujar Hamdani, warga Tamban Km 9, Kabupaten Batola kepada jejakrekam.com, Rabu (3/5/2017).

Bekerja sehari-hari ke kawasan Muara Mantuil, Banjarmasin, Hamdani mengaku mau tak mau memang harus melewati angkutan massal barang dan manusia mengarungi Sungai Barito. “Saya melihat kapal ferry ini juga tak dilengkapi pelampung. Apalagi, Sungai Barito yang dilewati merupakan sungai terdalam dan terlebar, tentu bahaya bisa mengancam setiap hari,” tuturnya.

Ia mengingatkan setiap hari libur, terutama lagi saat perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, para pengguna ferry penyeberangan ini sangat tinggi. Belajar dari kasus tenggelamnya kapal ferry di Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, Hamdani mengingatkan agar pemilik kapal serta instansi terkait khususnya yang berwenang untuk memperhatikan faktor keselamatan. “Sudah beberapa kali, kapal ferry di Tamban ini juga pernah ditabrak tongkang batubara ketika angin ribut datang. Peristiwa semacam ini harus jadi perhatian,” tandasnya.

Senada Hamdani, Suriansyah pun demikian. Ia mengaku trauma saat menumpang kapal ferry di Kuala Kapuas. “Saat itu, kami mau berlebaran di rumah keluarga di Kapuas. Untungnya, kami tidak menumpang kapal yang nahas dari Anjir-Kapuas itu,” ujarnya.(jejakrekam)

Penulis  : Sirajuddin

Editor    : Didi G Sanusi

Foto       : Sirajuddin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.