Soal Kinerja Bank Kalsel, Ini Catatan dari Mantan Dirut BPD Kalsel

0

BESARNYA angka kredit macet atau non performing loan (NPL) hingga mencapai Rp 400 miliar lebih pada tahun buku 2018 lalu, mendapat atensi khusus dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Kalsel. Buktinya, dalam catatan hasil audit lembaga auditor negara itu termasuk dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) keuangan Pemprov Kalsel tahun anggaran 2019.

MANTAN Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalsel, Hermani Abdurrahman pun memberi catatan khusus agar kinerja bank pelat merah milik Pemprov Kalsel bersama 13 kabupaten/kota se-Kalsel lebih kincrong pada tahun buku 2020 mendatang.

“Catatan yang saya berikan ini sebagai bentuk cinta saya kepada Bank Kalsel. Sebab, jika performance banknya Urang Banua ini jelas, tentu juga berimbas terhadap kondisi Kalsel pada umumnya. Saya sebagai bagian dari Bank Kalsel, tentu bersedih itu terjadi, ketika kinerja bank daerah ini terus menurun,” ucap Hermani Abdurrahman kepada jejakrekam.com, Minggu (22/12/2019).

BACA : Kredit Macet Tersisa Rp 130 Miliar, Dirut Bank Kalsel Sebut Sudah Laba

Ia menegaskan posisi Bank Kalsel sangat sentral bagi perekonomian daerah, karena merupakan agen pembangunan ekonomi Kalsel, sehingga sudah sepatutnya mendapat perhatian serius dari segenap anggota DPRD Kalsel serta para pemilik saham bank yang berawal dari BPD Kalsel itu.

Hermani menjelaskan dalam kamus ilmu perbankan seharusnya performance bank sepatutna bisa selalu bagus akibat ekonomi Kalsel sebagai captive market dengan pasar potensialnya adalah pemerintah daerah (pemda) sebagai pemegang sahamnya (sharesolders).

Ada beberapa poin yang disarankan Hermani Abdurahman bisa dilakukan para wakil rakyat di DPRD Kalsel yakni mendorong untuk melakukan pembenahan pada tahapan awal dalam tata kelola Bank Kalsel, bukan terletak pada pembenahan atau penggantian sistem informasi teknologi (IT).

“Justru, kualitas dan IT system tidak ada standar baku yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Pembenahan IT system perbankan memang perlu dana investasi yang cukup besar. Sedangkan, laba Bank Kalse untuk tahun buku 2018 baru Rp 175 miliar,” tutur Hermani.

BACA JUGA : Kredit Macet Bank Kalsel Tinggi Jadi Sorotan BPK RI

Nah, menurut dia, jika performance aset produktif tidak bagus return atau pengembalinya, sepatutnya ditunda dulu untuk berinvestasi IT system, karena pangkal persoalan bukan terletak pada sistem tersebut.

“Berdasar pengalaman kami, masalah saat ini terletak pada sisi manajemen dan pengembalian kepercayaan publik atau stakeholder kepada Bank Kalsel. Jadi, kelolalah Bank Kalsel sebagai banknya Urang Banua ini secara profesional bukan dikelola berdasar vested interest atau kepentingan kuat yang tertanam di bank tersebut,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.