Kabar Duka dari Danau Panggang, Ulama Kharismatik Banua Guru Danau Meninggal Dunia

0

INNALILLAHI wa inna ilaihi rojiun. Kabar duka dari keluarga besar ulama kharismatik Kalimantan Selatan, KH Asmuni atau yang akrab dikenal dengan Guru Danau.

ULAMA yang mengasuh dan mengisi sejumlah majelis taklim seperti di Desa Bitin, Pesantren Salatiah dan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), daerah tetangga; Mabu’un Tanjung Kabupaten Tabalong dengan ribuan jamaah ini dikabarkan telah meninggal dunia.

“Assww.. Innalillahi Wainailaihi Rajiun. Telah meninggal dunia Abah Guru Danau (pada) Jumat 2 Februari 2024 jam 16.30 Wita di rumah beliau di Danau Panggang,” begitu pesan berantai di WA Group dikutip jejakrekam.com, Jumat (2/2/2024) sore.

Kabar wafatnya ulama berpengaruh di Kalsel usai shalat Ashar itu juga dibenarkan oleh Syaifullah Tamliha. Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PPP ini mengungkapkan dirinya langsung mendapat kabar dari anak almarhum Guru Danau.

BACA : Bersilaturahmi Ke Guru Danau, Safrizal Menyerukan Kepada Jamaah Membatasi Arus Mudik

“Hubungan kami sangat dekat. Setelah mobil yang ditumpangi beliau terguling di bawah Jembatan Kandangan, beliau tidak mau nero at secara medis dan berjalan sudah sangat sulit. Namun Beliau tetap melakukan syiar agama Islam sesuai jadwal tanpa ada keluh kesah,” tutur Syaifullah Tamliha kepada jejakrekam.com, Jumat (2/2/2024).

Ada kenangan dan kesan mendalam bagi politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan sosok Guru Danau.

“Terakhir beliau memanggil saya agar tetap di DPR RI dan jangan tergoda untuk menjadi gubernur/bupati. Keberadaan saya di Jakarta jauh lebih bermanfaat bagi rakyat Indonesia, terutama pembangunan di Kalimantan Selatan,” ucap Syaifullah.

BACA JUGA : Mohon Doa dan Dukungan, Kapolda Kalsel Temui Guru Danau dan Guru Bakhiet

Dikutip dari alif.id, Guru Danau pertama membuka pengajian agama di Desa Bitin pada 1980 dan mengajar di Pesantren Salatiah, usai tamat dari Ponpes Darussalam Martapura. Hingga pada 1981, mendirikan majelis di kampung halamannya, Danau Panggang dan disematkan gelar kehormatan sebagai Guru Danau.

Metode dakwah yang diterapkan Guru Danau tak jauh berbeda dengan apa dilakoni semasa hidupnya Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul) dengan membuka majelis shalawat lewat pembacaan syair-syair Maulid Habsyi hingga pengajian agama.

BACA JUGA : Mobil Terbalik di Oprit Jembatan Antaludin, Guru Danau Alami Luka-Luka

Guru Danau lahir pada tahun 1950-an di Danau Panggang dari pasangan Haji Masuni dan Hajjah Masjubah. Guru Danau merupakan anak ketiga dari 8 bersaudara. Ayahnya berasal dari daerah Danau Panggang sedang ibunya berasal dari daerah Marabahan yang pindah ke Danau Panggang.

Selain mengasuh pengajian yang dihadiri jamaah besar, Guru Danau juga mendirikan Pesantren Darul Aman di Kecamatan Babirik, (Hulu Sungai Utara).  Kemudian, Pesantren Raudatus Sibyan di Desa Longkong Kecamatan Danau Panggang dan Pesantren Ar Raudah I di Jaro Tabalong dan Ar Raudah II di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

BACA JUGA : Guru Danau Ingatkan Umat Islam Jangan Saling Hujat

Materi pengajian pada 3 majelis besar dan 4 pesantren disampaikan Guru Danau meliputi materi tauhid, fiqih, tasawuf, hadis, tafsir, kisah-kisah dan lainnya.

Beberapa kitab yang pernah diajarkan oleh Guru Danau di pengajiannya, di antaranya adalah Irsyad al-‘Ibad (Zainuddin al-Malibari), Nasha`ih al-‘Ibad (Nawawi al-Bantani), Muraqi al-‘Ubudiyyah (Nawawi al-Bantani), Risalah al-Mu’awanah (Abdullah al-Haddad), Nasha`ih al-Diniyyah (Abdullah al-Haddad), Tuhfah al-Raghibin (Muhammad Arsyad al-Banjari), Syarah Sittin (Ahmad Ramli), Tanqih al-Qawl (Nawawi al-Bantani). Hal ini berdasar riset Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.(jejakrekam)

Penulis Ipik Gandamana
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.