Jangan Terulang  Lagi, Teronggok Jadi Besi Tua Karatan

0

Oleh: Anang Rosadi Adenansi

PENGALAMAN adalah guru terbaik. Begitulah pepatah berkata. Sejatinya pengalaman itu bisa membuka wawasan guna melakoni pekerjaan yang baik.

BEGITULAH yang terjadi di Kota Banjarmasin. Di tengah pro-kontra dan sorotan publik, ternyata Jembatan Pasar Lama yang telah didandani uang rakyat dari APBD Banjarmasin senilai Rp 11,8 miliar akan segera ‘menari’ dengan air mancurnya.

Bagi saya, penambahan aksesoris Jembatan Pasar Lama ini jelas-jelas adalah proyek mubazir bahkan sebuah kesia-siaan, hanya sekadar mengejar etalase bukan kebutuhan hakiki bagi masyarakat kota. Sepatutnya, para pengampu kebijakan di Balai Kota itu belajar dari pengalaman bagaimana mewahnya air mancur menari yang ingin disuguhkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kamboja, Jalan Anang Adenansi justru teronggok seperti jadi besi tua karatan.

BACA : Ikon Banjarmasin Makin Menyedihkan, Bundaran Koran Tak Lagi Suguhkan Air Mancur Kipas

Proyek kolam dan air mancur di RTH Kamboja berpagu anggaran pada APBD 2018 sebesar Rp 6 miliar, hingga digarap kontraktor dengan nilai Rp 5,4 miliar lebih. Kini, publik sudah tak lagi bisa menyaksikan air mancur menari di RTH Kamboja, malah teronggok menjadi besi tua karatan. Hal ini karena ketidakmampuan daerah dalam membiayai operasional air mancur menari yang sekali bergoyang, berapa rupiah uang rakyat akan keluar.

Pun begitu, dengan air mancur yang keluar dari patung ‘Merlion-nya’ Banjarmasin, maskot Bekantan di kawasan Jalan Piere Tendean juga kini tak lagi menyemburkan air, lagi-lagi diduga karena biaya operasional tinggi dan mesin pun menjadi ‘mati’.

BACA JUGA : Berdana Rp 11 Miliar, Jembatan Pasar Lama Dipermak Ala Jembatan Banpo Korea Dengan Air Mancur Pelangi

Tempat lainnya seperti di Bundaran Kayutangi, sudah lama air mancurnya tak lagi menari-nari. Hal itu juga terjadi di kawasan Bundaran Koran Hasanuddin HM, yang dulu jadi ikon kota tak berfungsi sebagaimana hiburan di malam hari. Sekali lagi, belajar dari kasus begitu borosnya daya listrik dan biaya operasional untuk sekadar memancarkan air mancur, hingga beberapa daerah pun kabarnya telah menyetop itu.

Dari kasus itu, sepatutnya belajar bagaimana kesulitan yang dihadapi oleh rakyat. Karena, pemimpin itu harusnya mampu membuat sesuatu yang tergolong skala prioritas namun faktanya di lapangan bukan kategori prioritas. Jelas, sangat disayangkan penggunaan uang rakyat hanya untuk keperluan nafsu duniawi semata.

BACA JUGA : Wisatawan Susur Sungai Banjarmasin Kecewa Patung Maskot Bekantan Tak Lagi Semburkan Air

Bukan hal yang  fundamental agar rakyat lebih baik. Sebab, kebutuhan nafsu akan menghancurkan terangnya nurani. Siapa pun dengan alasan apa pun ketika masih banyak hal yang bukan prioritas harus dikerjakan, maka itu tindakan mubazir dan kesia-siaan. memboroskan duit rakyat .

Jika seperti ini cara pemerintah kita menggunakan duit rakyat kita, sebenarnya patut malu. Bahkan, ketika kita melihatnya pun seharusnya ikutan malu. Hal itu demi anggaran boros air mancur menari-menari, sementara perut rakyat masih lapar. Bangunan pasar banyak kumuh dan becek, sekolah bocor dan sampah pun menumpuk seantero jalan. Sungai kotor bukan sesuatu yang harus dipungkiri di Banjarmasin.

BACA JUGA : Antropolog ULM Ingatkan Banjarmasin Harus Kembali ke Jati Diri sebagai Kota Sungai

Jelas, dari hal itu menjadi sebuah gambaran masih begitu lemahnya pengawasan para wakil rakyat di DPRD dalam menjalankan fungsinya.  Dewan seperti sudah tidak berarti secara fungsional, kecuali ikut bagian menggerogoti dan buang-buang duit rakyat.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua DPW Gerakan Jalan Lurus Kalsel

Ketua LSM Mamfus Kalsel

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.