Politik ‘Han Pian Lagi’, Banua Dapat Apa?

0

Oleh : Akbar Rahman

AJANG pesta politik lima tahunan semakin dekat. Suhu politik mulai bergerak positif, bersamaan menghangatnya Samudera Pasifik di barat Amerika Latin yang menghadiahi kita kekeringan dan asap akibat El Nino.

PERIODE El Nino sepertinya membersamai pesta politik di Indonesia beberapa dekade terakhir, Pemilu 2014, 2019 dan 2023. Namun sama halnya politik Indonesia, kemunculannya tidak ada yang berbeda, masalahnya sama, solusinya buram.

‘Han Pian lagi’, sebuah semiologi atau penanda orang yang sama atau itu-itu saja. Sayangnya, orang yang sama belum memberikan perubahan nyata untuk Banua dan masyarakatnya. Pun kalau berubah juga hanya bergeser sedikit dari kerabat dan keluarga atau teman-teman dekat.

Pasca pemilu pun sikapnya sama; dingin tak bersuara. Kembali mirip mendinginnya Samudera Pasifik yang berdampak basah, banjirnya kita akibat La Nina pasca El Nino. Semua dingin membisu, ambillah contoh ketika banjir besar dan menenggelamkan Banua di 2021. Setelahnya juga tidak ada bukti konkret yang memperlihatkan langkah nyata perbaikan.

BACA : Politik Dinasti dan Berharap Demokrasi dari Kalangan Anak Muda

Seperti kehilangan rasa, elite lokal pun yang muncul itu-itu saja, foto di tepi jalan berserakan tidak jauh bedanya dengan foto satu dekade terakhir, bahkan pilihan fotonya tidak berubah, seperti tidak menua. Mereka yang seharusnya dirindukan pemberi perubahan, nyatanya masih jauh panggang dari api.

Hanya mengandal hasill survei, dimulailah menaikkan elektabilitas, pun juga metode survey yang digunakan masih bisa diperdebatkan. Mulailah menari-nari di media lokal.

Saat ini, semestinya muncul elite lokal yang memiliki visi jelas terhadap arah pembangunan Banua. Misinya kuat Bagaimana Banua dibawanya ke depan lebih baik dan maju?

BACA JUGA : Oligarki dan Dinasti Politik dalam Pilkada

Perdebatan gagasan dan ide seharusnya mencuat. Budaya ‘menampaikan’ program dan kinerja dibiasakan. Padahal inilah esensi kenapa kita harus memilih A dan tidak memilih B, atau sebaliknya.

Perdebatan ekademis perlu didorong untuk melahirkan calon-calon pemimpin Banua yang berkualitas dan berintegritas. Mengulik figur waja sampai kaputing perlu didesain sedemikian rupa agar Banua dapat untung. Bauntung batuah gasan pembangunan Banua. Cukuplah keledai yang terperosok di lubang yang sama, kita jangan. Salam dari Rakyat! (jejakrekam)

Penulis adalah Akademisi Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.