Tekan Angka Kematian Ibu Pasca Bersalin, Bidan Desa Dilatih Kemampuan Teknis

0

DINAS Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tabalong terus berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu pasca bersalin atau melahirkan bayi.

PELIBATAN para bidan desa dalam pertemuan tata laksana terpadu pelayanan pasca salin, dihadiri oleh 58 orang bidan desa dari 18 puskesmas di Kabupaten Tabalong, di Gedung Informasi Tanjung, Senin (21/8/2023).

Kepala Dinkes Kesehatan Kabupaten Tabalong Taufiqurrahman Hamdie mengungkapkan, dengan pertemuan bersama puluhan bidan desa, bisa menyamakan persepsi dalam mengurangi angka kematian ibu pasca salin.

BACA: Percepatan Pembangunan Di 2024, Pemkab Tabalong Akan Jalankan 5 Program Prioritas

“Termasuk guna meningkatkan kemampuan teknis para bidan di Tabalong. Nantinya, para bidan akan terus memberikan pendampingan kepada ibu pasca salin yang pulang,” kata Taufiqurrahman.

Menurut dia, upaya Dinkes Tabalong sudah banyak diterapkan di lapangan. Salah satunya, mencegah kematian ibu pada saat masa hamil, kemudian pada saat proses persalinan.

“Nah pasca persalinannya, jadi tiga masa itu bisa terjadi kematian ibu, oleh sebab itu upaya-upaya ini salah satunya hari ini adalah tata laksana terpadu pasca salin itu sendiri,” imbuhnya.

Sementara itu, Analis Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Renta, yang menjadi narasumber menjelaskan, bahwa angka kematian ibu yang paling sering terjadi saat ini adalah pada saat masa nifas, yang dimulai setelah ibu melahirkan sampai 40 hari.

Menuurut Renta, kurangnya edukasi di masyarakat tentang pentingnya penanganan saat hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan turut menjadi faktor. Selain itu, faktor geografis pun turut mempengaruhi kematian ibu.

BACA JUGA: Hadapi Tim Penilai Kabupaten/Kota Sehat, Pemkab Tabalong Rapatkan Barisan

“Ada beberapa faktor geografis, posisi masyarakat yang terlalu sulit dijangkau, karena saya lihat kematian ini terjadi waktu saat dirujuk itu lebih dari 10 km, berartikan jangkauan geografisnya yang agak sulit. Mungkin itu juga, faktor budaya mungkin juga mempengaruhi,” papar Renta.

Masih menurut dia, penyebab lain adalah faktor keluarga juga, kemudian untuk tenaga kesehatan sudah lumayan memberikan pelatihan-pelatihan seperti ini, peningkatan kompetensi sudah tergolong lumayan cukup.

Renta berharap lewat kegiatan itu terjadi penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kalimantan Selatan. “Dengan meningkatnya kemampuan kompetensi tenaga kesehatan, dapat membantu ibu hamil agar dapat melahirkan dengan aman dan sehat, serta bayi yang lahir juga dalam kondisi yang sehat,” pungkas Renta.(jejakrekam)

Penulis Herry
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.