Cerita Sineas Banua Di Antara Mimpi Mengejar Bisnis dan Industri Film
INDUSTRI film terus bertumbuh di Kalimantan Selatan dengan hadirnya sinema lokal. Demi menjaga eksistensinya, Forum Sineas Banua (FSB) dibentuk sejak 24 Juli 2016, wadah ini pun menjadi wadah bersosialisasi antar sineas dan komunitas film yang ada di Banua.
GUNA memasyarakatkan film kepada warga Banua, pemutaran film kemudian dibalut diskusi menjadi kebiasaan. Hal itu kerap dilazimkan di Pulau Jawa, namun hampir tak ditemukan di Banjarmasin sebagai kota besar di Kalimantan Selatan.
Begitu cerita Ketua FSB periode 2016-2018 Zainal Muttaqin, setelah dia mengikuti workshop film tingkat dasar melalui program Pusbang Film Kemdikbud di Bali.
“Kami mencoba kebiasaan itu diterapkan di Banjarmasin dengan menggelar kegiatan yang diberi nama Layar Banjar, dengan hanya menggunakan satu buah laptop dan proyektor kecil, Layar Banjar akhirnya membentuk dirinya sendiri menjadi Forum Sineas Banua (FSB),” kata Zainal Muttaqin.
BACA : Cetak Penulis Fiksi Banua di WikiBuku, Kambuk Banjarmasin rangkul Wikimedia Berkolaborasi
Salah satu pendiri FSB, Ade Hidayat menyampaikan program unggulan FSB adalah Ngobrol Film (Ngofi) yakni memutar film kemudian medikusikannya yang sifatnya reguler. Baru kemudian, ada namanya pustaka FSB, walaupun terbatas.
“Ternyata peminatnya lumayan banyak karena ada adik-adik kita yang jurusan film dan mahasiswa, mereka nyari referensi film ke tempat kita, bahkan dijadikan bahan skripsi,” tutur Ade Hidayat.
“Apabila ada lembaga atau individu yang memiliki buku tentang film juga bisa menyumbangkannya ke FSB,” beber Ade Hidayat, di Dharmacoffee, Komplek DPRD, Jalan Pramuka, Banjarmasin Timur, Sabtu (30/7/2023) malam.
BACA JUGA : Layar Film Banjar 2022 Putar Puluhan Film Sineas Kalsel, Dekatkan Sinema dengan Warga
Sementara itu, Ketua FSB periode 2023 Riko mengatakan ke depan, FSB akan dibesarkan berbentuk yayasan. Menurut dia, dengan badan hukum itu bisa memberikan sertifikasi untuk para pejuang film, bagaimana nantinya seni film ini bisa juga dijadikan bisnis dan industri.
“Film bisa dibagi menjadi tiga, yakni sebagai bisnis, media massa dan seni. Ke depan kita akan memantik api hal tersebut agar film bisa menjadi industri di Kalsel,” papar Riko.
BACA JUGA : Rayakan Hari Film Nasional ke-71, Tiga Sineas Film Maker Perempuan Bicara Kehidupan Nyata
Berbagai penghargaan baik lokal maupun nasional sudah diraih FSB. Hal ini diungkapkan Munir Shadikin, Ketua FSB periode 2021-2023. Di amyebut penghargaan sebagai partner kemajuan pariwisata dari Pemkot Banjarmasin, juara Astra Indonesia, hingga bekerja sama dengan film maker.
“Riset dalam film begitu penting untuk membuat film yang bagus, ini mungkin menjadi auto kritik bagi pembuat film,” ucap Munir Shadikin.(jejakrekam)