Terbawa Arus Air, Pampangan Ilung Penuhi Sungai Kuin Jadi Sumber Pendapatan Sampingan Warga

0

HAMPIR dua pekan ini, perairan Sungai Kuin dan sekitarnya dipenuhi pampangan atau sampah sungai dari eceng gondok (ilung dalam bahasa Banjar) dan sampah rumah tangga.

KEBERADAAN pampangan ini sedikit merepotkan bagi pengguna moda transportasi sungai saat melintas di Sungai Kuin yang terkoneksi dengan Sungai Barito, Banjarmasin.

Bahkan, iring-iringan ilung memasuki kawasan dermaga atau pelabuhan seperti terlihat di Dermaga Sultan Suriansyah serta bawah Jembatan Putih, perairan Sungai Kuin pada Jumat (11/11/2022).

“Selain ilung, banyak pula sampah seperti potongan pohon bambu dan sampah rumah tangga, turut terbawa hanyur oleh arus Sungai Kuin. Diduga ilung ini banyak datang dari Sungai Barito serta Sungai Martapura yang mengalami pasang surut,” ucap Nasir, warga Kuin Utara kepada jejakrekam.com, Jumat (11/11/2022).

BACA : Penumpang Kelotok asal Tamban Terkepung ‘Pampangan’ Sungai Martapura di Jembatan Antasari

Menurut Nasir, keberadaan ilung itu memang mengganggu pengguna moda transportasi seperti kelotok, karena ilung kerap terperangkap dalam putaran roda mesin.

“Sudah hampir 15 hari ini, pampangan ilung ini menutupi sebagian badan Sungai Kuin,” kata Nasir.

Ia mengakui fenomena tahunan ini terjadi, karena adanya perubahan arus Sungai Barito. Terlebih lagi, jika di daerah hulu Sungai Barito diterpa curah hujan tinggi, sehingga banyak danau atau rawa akhirnya air meninggi. “Akhirnya, ilung itu masuk ke sungai terbawa arus Sungai Barito,” ucap Nasir.

BACA JUGA : Serbuan Ilung dan Limbah Kayu Hambat Aliran Sungai Martapura, Motoris Kapal Terganggu

Ternyata tak selamanya ilung itu menjadi pengganggu. Buktinya, Iwan dan anak-anak seusianya memilih untuk mengumpulkan akar eceng gondok untuk media tanam.

“Akar ilung ini kami potong dan dikumpulkan dalam karung, kemudian dijual kepada warga, terutama yang punya tanaman hias atau pohon, karena terbukti bisa menyuburkan tumbuhan,” ucap Iwan.

BACA JUGA : Ucapkan Selamat Datang ke Kalsel, Parade Jukung Hias Meriahkan Even MTQ Nasional XXIX di Banjarmasin

Menurut dia, akar ilung itu dikumpulkan dalam karung dihargai sebesar Rp 5 ribu. Iwan dan kawan-kawan rela berenang hingga ke tengah Sungai Kuin untuk mendapatkan ‘kumpai’ atau iring-iringan ilung.

“Sepulang sekolah, kami biasanya berkumpul di Dermaga Sultan Suriansyah. Kemudian mengumpulkan ilung untuk dibuat dalam karung kemudian dijual. Dalam sehari, kalau lagi banyak-banyaknya bisa dapat duit Rp 30 ribu,” tutur Iwan.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.