TUMPUKAN sampah hampir ada di mana-mana. Tidak hanya di darat, sampah yang dianggap barang yang sudah tak berguna lagi juga banyak ditemukan diperairan atau sungai.
TUMPUKAN sampah sering menimbulkan masalah, terlebih kalau tumpukan itu ada di sungai. Dapat menimbulkan dampak yang besar, selain merusak pemadangan hingga menjadi bencana dan masalah sosial.
Awalnya adalah masyarakat yang tak bisa memilah-milah sampah itu sendiri. Dari barang yang masih bisa difungsikan atau didaur ulang, hingga bagaimana cara menangani sampah organik, anorganik, hingga sampah yang dikategorikan sampah beracun. Bahanya lagi semua itu langsung dibuang ke sungai.
Pada Kamis (7/4/2022) siang, jejakrekam.com melakukan penyisiran. Tumpukan sampah menjadi akrab terlihat di jembatan Antasari dan di sekitar Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin. Ranting pohon dan sampah rumah tangga bercampur dalam aliran sungai.
BACA: Penuh Sampah dan Gulma, Jalur Sungai Handil Bakti Sengaja Dibiarkan Mati?
Namun, tidak hanya di darat, pemulung juga ada di sungai. Seperti yang dilakukan pemulung pada umumnya, pemulung di sungai juga mengambil dan memilah sampah yang masih bernilai ekonomis dan dapat didaur ulang.
Bahkan persaingannya pun tidak terlalu ketat seperti di darat. Sebab selain harus memiliki jukung dan terlatih mengendalikannya dengan baik, memilah sampah di air tidak semudah yang dibayangkan.
Seperti yang dilakoni Anuar, pemulung di sekitar jembatan Antasari. Dia mengayuh jukung dan sesekali mengais-ngais tumpukan sampah yang memblokade kolong jembatan.
Siang itu, jukungnya sudah penuh dengan botol bekas air mineral, dan sampah plastik lain yang bisa dijual kembali. “Alhamdulillah, meski dengan memulung botol plastik bekas, bisa membawa uang kerumah. Kebanyakan yang saya pungut barang barang sampah rumah tangga, yang bisa didaur ulang, kebanyakannya bekas botol minuman,” ungkapnya.(jejakrekam)