Islam di Nusantara Tak Lepas dari Pengaruh Ulama Banjar Syekh Arsyad Al Banjari

0

MEMULUSKAN langkah pengusulan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari menjadi pahlawan nasional dilakoni Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Kalimantan Selatan.

KALI ini dihelat Seminar Nasional Rekam Jejak Syeck Muhammad Arsyad Al- Banjari; Kiprah Pemikiran dan Karya Besar Syekh Muhammad Arsyad Al- Banjari Bagi Nusantara di Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Rabu (16/3/2022).

Dibuka Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, hadir narasumber dalam seminar hybrid. Dari Jakarta, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah yang juga cendikiawan muslim, Prof Azyumardi Azra. Sedangkan, di lokasi seminar; guru besar sejarah dan peradaban Islam dari UIN Antasari Prof Abdul Hafiz Anshari, sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Bambang Subiyakto dan Prof Ersis Warmansyah Abbas dan dimoderatori, Dr Taufik Arbain.

Pembahas lainnya dihadirkan sejarawan UIN Antasari Prof Zulfa Jamalie, Dr Abdul Rochim Al Audah, Adhi Surya Said, Muhammad Iqbal hingga tim perumus; Ahmad Barjie.

BACA : Mahasiswa Muhammadiyah Dukung Syekh Arsyad Al Banjary Jadi Pahlawan Nasional

“Sebenarnya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan ini tak hanya terkenal di Indonesia, tapi juga popular di Kamboja, Thailand, Malaysia dan Brunei Darussalam. Ini karena karya fenomenalnya, kitab Sabilal Muhtadin yang banyak dipelajari umat Islam di negara-negara itu. Apalagi, kitab itu juga disimpan di berbagai perpustakaan besar dunia seperti di Mekkah, Mesir, Turki dan Beirut Lebanon,” papar Hafiz Anshari.

Menurut dia, saat studi agama Islam di Mekkah dan Madinah, Syekh Arsyad diberi kepercayaan oleh Syekh Atthaillah untuk mengajar dan mengeluarkan fatwa.

“Syekh Arsyad merupakan orang Jawi (Indonesia) yang diberi izin mengajar di Mekkah hingga mendapat gelar syekh. Murid-murid beliau berasal dari berbagai suku dan negara,” kata mantan Ketua KPU RI ini.

BACA JUGA : Pengusulan Pahlawan Nasional, Syekh Muhammad Arsyad Dulu, Baru Pangeran Hidayatullah

Sebelum pulang ke Tanah Banjar, Hafiz mengungkapkan Syekh Arsyad sempat singgah di Pulau Penyengat hingga sempat mengajar di Masjid Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Hingga, Syekh Arsyad dihadiahi tasbih dari akar bahar.

“Tasbih ini masih disimpan zuriah Syekh Arsyad di Dalam Pagar Martapura. Dari Pulau Penyengat, Syekh Arsyad kemudian ke Batavia (Jakarta) untuk aktivitas dakwah,” kata Wakil Ketua MUI Kalsel ini.

Bukti rekam jejak Syekh Arsyad Al Banjari di Tanah Betawi adalah membetulkan arah kiblat di Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Dalam catatan sejarah, kiblat Masjid Jembatan Lima ini diputar sebanyak 25 derajat ke kanan oleh Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H (7 Mei 1772 M).

“Bahkan, Prof Hamka bahwa Al-Banjari telah menyelidiki pembuatan seluruh masjid lepas dari arah kiblat. Hanya Masjid Demak yang mihrabnya menghadap ke kiblat,” ungkap Hafiz.

BACA JUGA : Gelar Pahlawan Nasional untuk Gubernur Kalimantan Pertama PM Noor

Gubernur Kalsel Sahbirin Noor saat memberi sambutan sekaligus membuka Seminar Rekam Jejak Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari di Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Rabu (16/3/2022).

Atas dasar dari jalan dakwah ini, Hafiz mengatakan banyak keturunan dan murid Syekh Arsyad tersebar di Nusantara. Hingga, penulis Hasiolan Eko P Gultom mengatakan hampir semua ulama di Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Malaysia pernah menimba ilmu kepada Syekh Arsyad atau murid-murid Al Banjari.

Termasuk, pernyataan Prof KH. Saifuddin Zuhri  Menteri Agama RI (1962-1967) bahwa sejarah dan perkembangan Islam di Kalimantan tidak bisa dipisahkan dengan peranan tokoh seorang ulama besar Syekh Muhammad Al-Banjari.

BACA JUGA : Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari; Perintis Embrio Nasionalisme Indonesia

“Inilah jasa Syekh Arsyad Al Banjari yang turut berkontribusi besar bagi pembinaan dan pengembangan Islam di Nusantara. Utamanya, membentuk karakter muslim Ahlussunnah wal Jamaah sampai sekarang masih dirasakan oleh masyarakat. Utamanya, masyarakat Banja,” kata doktor peradaban Islam lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Hingga kini, beber Hafiz, karya tulis Syekh Arsyad Al Banjari dipelajari bahkan menjadi kajian ilmiah di perguruan tinggi. “Bagi masyarakat Banjar, Syekh Arsyad merupakan wali Allah yang mulia dan agung, sehingga dihormati dan dicintai. Faktanya, banyak jamaah yang masih menziarahi kubah Datu Kalampayan (sebutan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari),” pungkasnya.

BACA JUGA : Gelar Al Banjary dan Budaya Lokal dalam Ijtihad Syekh Muhammad Arsyad

Argumen Hafiz Anshari juga diperkuat Bambang Subiyakto. Sejarawan ULM ini mengatakan kehidupan Syekh Arsyad sejak kecil hingga usia lanjut penuh dedikasi dan pengabdian yang merupakan bagian utama terpenting.

“Sejak kecil merupakan rakyat biasa hingga mendapat kesempatan tinggal di Istana Kesultanan Banjar. Hingga mendapat kesempatan menimba ilmu ke Haramain. Fase-fase kehidupan Syekh Arsyad ini menunjukan keanekaragaman hidup yang dijalaninya,” katanya.

BACA JUGA : Jejak Syekh Muhammad Arsyad di Tanah Betawi

Bambang juga menyebut ada beberapa sahabat Syekh Arsyad dalam perjalanan laut menuju ke Jeddah seperti Syekh Abdussamad,  Abdul Wahab, dan Abdurrahman. Hingga pada 1772 atau awal tahun 1773, tiba di Martapura bersama Abdul Wahab, menantu sekaligus sahabatnya.

“Sejak Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari tiba di Tanah Banjar, perkembangan dakwah Islam makin pesat. Beliau adalah pelopor dan motor penggerak, karena penyebaran Islam makin aktif pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19,” papar guru besar sejarah ini.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.