Arisan Bodong Mengulang Kasus Lihan dan Voucher, Antropolog ULM : Bukti Memori Sosial Pendek!

0

ANTROPOLOG-sosiolog Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah mengakui mencuatnya kasus dugaan arisan online bodong yang dilakoni RA alias Ame, makin membuktikan ingatan sosial (social memory) warga Kalsel terkesan pendek.

“ARISAN bodong atau berbagai jenis usaha yang berpotensi penipuan atau membuat orang tertipu sebenarnya sudah sering terjadi di Kalsel,” kata Nasrullah kepada jejakrekam.com, Kamis (24/2/2022).

Menurut dia, pada awal 2000-an, warga Banjarmasin dan Kalsel umumnya dihebohkan dengan kasus voucher kemudian berlanjut jaringan bisnis model MLM (multi level marketing atau bisnis pemasaran berjenjang) ala Lihan asal Cindai Alus Martapura dengan investasi bodong. Korban dari kedua kasus ini terbilang tak sedikit, bahkan menelan dana ratusan juta, miliaran hingga triliunan rupiah.

BACA : Sang Suami Ikut Terseret, Pamer Gaya Hidup Hedonis Sang Bandar Arisan Online Bodong di Medsos

“Ini contoh dari kedua kasus berkedok investasi atau lainnya yang mendatangkan keuntungan bagi nasabah atau anggotanya. Inilah mengapa saya katakan dari dua kasus ini saja telah menunjukkan ingatan sosial (social memory) kita memang pendek,” papar dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP ULM ini.

Mengapa memori sosial masyarakat Kalsel khususnya para korban pendek? Analisis Nasrullah adalah hal itu dipicu sedikitnya ada tiga faktor determinan.

“Yakni faktor pertama adanya keuntungan yang cepat. Ini sifat manusia homo economicus, keuntungan sebesarnya dan secepatnya dengan modal yang ternyata tidak sedikit,” kata antrolog-sosiolog lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

BACA JUGA : Korban Arisan Online Ame Bertambah Jadi 356 Orang, Polisi Selidiki Keterlibatan Suami Tersangka

Antropolog-Sosiolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah. (Foto Dokumentasi JR)

Faktor kedua, menurut Nasrullah, adanya contoh sukses yang sesaat tapi menyesatkan. Hal ini membuat warga terburu-buru karena sudah mendapatkan keuntungan awal, yang ternyata hanya pancingan dengan terus melepaskan modal berkali-kali lipat.

“Terakhir, faktor ketiga adalah kejadian semacam ini biasanya berawal dari lingkaran dekat, kekeluargaan atau kolega yang menyebar dari mulut ke mulut. Maka mereka merasa aman. Ternyata masuk dalam lingkaran setan,” ungkap Nasrullah.

BACA JUGA : Bawa Bukti Pembayaran, Korban Arisan Online Istri Oknum Polisi Lapor ke Polresta Banjarmasin

Dengan demikian, beber dia, kasus penipuan dan atau tertipu ini menunjukkan bahwa kita tidak bermental bisnis yang memperhitungkan sematang-matangnya untung dan rugi serta tidak melihat kesuksesan adalah proses.

“Pun, bukan masyarakat agraris, yang kata James C Scoot (antropolog Amerika Serikat) berprinsip safety first (utamakan selamat). Kalau pola ini terjadi tentu tidak akan tertipu,” katanya.

Nasrullah mengungkapkan ciri khas penipuan atau arisan bodong ini adalah mengutamakan gaya hidup yang dianggap sukses. Hal ini ditandai kepemilikan perhiasan, pakaian, smart phone mahal serta aset-aset lainnya.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.