Duta Besar RI dan Mendag Sri Lanka Sepakat Dorong Dimulainya Perundingan PTA

0

DUTA Besar RI untuk Sri Lanka, Dewi Gustina Tobing dan Menteri Perdagangan Sri Lanka, Bandula Gunawardane, sepakat mendorong dimulainya perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Sri Lanka, yang dinyatakan dalam kesempatan pertemuan antara keduanya di kantor Mendag Sri Lanka pada 11 Februari 2022.

HAL ini sebagai salah satu tindak lanjut kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Sri Lanka pada bulan Januari 2018” demikian sesuai keterangan Heru Prayitno, Minister Counsellor KBRI Kolombo.

Perundingan PTA dinilai akan membuka jalan bagi banyak manfaat untuk peningkatan hubungan kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara. Dengan adanya PTA, nantinya diharapkan semakin banyak produk-produk Indonesia yang dapat masuk ke pasar Sri Lanka. “Hal ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik Sri Lanka, namun juga memaksimalkan potensi Sri Lanka sebagai hub perdagangan serta sebagai bagian dari perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia” jelas Dubes Dewi Tobing.

BACA JUGA: Kedutaan Amerika Serikat Dukung DCJ, Jurnalis Terampil Olah Data Covid-19

Soal kebijakan Sri Lanka yang membatasi dan melarang impor produk non-esensial ke Sri Lanka, Dubes RI mendorong Pemerintah Sri Lanka untuk mempertimbangkan mengangkat kebijakan tersebut sehingga tidak menghambat arus perdagangan antara kedua negara. Menteri Bandula menyampaikan bahwa pelarangan dan pembatasan impor tersebut hanya diterapkan untuk sementara waktu dan diharapkan dapat diangkat dalam waktu segera. Keduanya juga membahas upaya peningkatan perdagangan yang dapat diperkuat melalui skema joint venture dan investasi.

Secara khusus, Dubes RI meminta akses yang lebih terbuka bagi produk kelapa sawit ke Sri Lanka dan sebagaimana halnya Sri Lanka yang memberi perhatian kepada lingkungan berkelanjutan, Dubes RI menekankan bahwa pertanian dan perkebunan Indonesia menerapkan standar ramah lingkungan dan memberlakukan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk produk kelapa sawit.

BACA JUGA: Aspina di Belanda Jadi Duta Promosi Produk Indonesia

Adapun Mendag Bandula menyambut hal tersebut dengan menyatakan keinginan untuk mengimpor kelapa sawit dari Indonesia dengan skema kredit. Dubes RI menyatakan akan menindak lanjuti hal tersebut dengan pihak-pihak terkait di Indonesia termasuk dengan EXIM Bank. Pola skema kredit juga akan dijajagi untuk produk-produk lainnya.

Tidak hanya untuk perdagangan barang, Menteri Bandula juga menyampaikan potensi kerja sama di bidang Information and Communication Technology (ICT) dengan sejumlah institusi di Indonesia. Menurut Bandula, Sri Lanka unggul di bidang ICT, yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama negaranya. Menteri Bandula juga siap memberikan sejumlah beasiswa bagi pelajar Indonesia untuk belajar di Sri Lanka di bidang ICT. Dubes Dewi menyambut baik tawaran kerja sama ini dan akan meneruskan ke pihak terkait di Indonesia.

BACA JUGA: Sawit Tetap Jadi Tumpuan Perekonomian Indonesia

Dubes Dewi selanjutnya mendorong Menteri Bandula untuk berkunjung ke Indonesia guna menindaklanjuti potensi kerjasama perdagangan antara kedua negara. Menteri Bandula menyambut baik usulan tersebut dan mempertimbangkan untuk melakukan kunjungan ke Indonesia pada tahun ini dengan membawa delegasi bisnis Sri Lanka.

Di tahun 2021, nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 42,83% dibandingkan tahun 2020. “Indonesia berpeluang untuk meningkatkan ekspor ke Sri Lanka untuk consumer goods maupun untuk industrinya. Saat ini produk-produk intermediate, setengah jadi dan hampir jadi mempunyai peluang yang besar untuk memenuhi kebutuhan industri Sri Lanka. Saya sudah bicara dengan beberapa pengusaha di Sri Lanka dan sedang kita jajagi produk-produk yang dibutuhkan oleh Sri Lanka,” pungkas Dubes Dewi. (jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Donny

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.