Dampak Ekonomi Akibat Terjadinya Banjir Rob di Kalsel

0

Oleh: Gusti Firza Ismi Tsabita *)

BANJIR ROB merupakan fenomena yang umum terjadi di kota yang terletak ditepi pantai, faktor utama penyebab banjir rob karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang terjadi oleh gaya gravitasi.

GRAVITASI bulan merupakan pembangkit utama pasang surut. Selain faktor utama tersebut banjir rob juga diakibatkan oleh adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pasang surut, dan faktor-faktor atau eksternal force seperti dorongan air, angin atau swell (gelombang yang akibatkan dari jarak jauh), dan badai yang merupakan fenomena alam yang sering terjadi di laut.

Sebanyak 11 Kabupaten dan Kota di Kalimantan Selatan, terancam gagal panen akibat bencana banjir yang melanda daerah itu. Dengan otal lahan sawah yang terancam gagal panen seluas 18.356 hektar.

Untuk mengatasi kekurangan pasokan gabah di provinsi tersebut, terutama di lokasi bencana setidaknya diperlukan bantuan benih padi sebanyak 500 ton. Banjir yang terjadi tidak hanya merusak areal persawahan masyarakat namun juga ikut merusak budi daya ikan.

Secara keseluruhan dampak bencana banjir terhadap perekonomian dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, dampak langsung meliputi kerugian finansial dari kerusakan asset-aset ekonomi (tempat tinggal, tempat usaha, pabrik, infrastruktur, lahan pertanian, perkebunan, dan sebagainya). Dalam istilah ekonomi, nilai kerugian ini dikategorikan sebagai stock value. Adanya bencana banjir menyebabkan penurunan stock value dari perekonomian.

BACA: Calap (Banjir) dan Format Masa Depan Kota Banjarmasin

Kedua, dampak tidak langsung meliputi terhentinya proses produksi, hilangnya output dan sumber penerimaan. Dalam istilah ekonomi, nilai kerugian ini dikategorikan sebagai flow value. Ketiga, dampak sekunder atau lanjutan yang bisa berwujud terhambatnya pertumbuhan ekonomi, terganggunya rencana-rencana pembangunan yang telah disusun, meningkatnya deficit rencana pembayaran, meningkatnya hutang publik dan meningkatnya angka kemiskinan.

Banjir menyebabkan mobilitas transportasi orang dan barang menuju Banjarmasin sebagai pusat perkotaan dan pemerintahan hampir lumpuh, jalur transportasi publik, terganggu sehingga menghambat perekonomian sector riil. Kerugian yang terjadi menjadikan capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi semu dikarenakan belum mengakomodasi nilai kerusakan lingkungan. Aparat birokrasi terkadang lebih mementingkan target perolehan retribusi dan pendapatan asli daerah daripada menggalakkan upaya konservasi dan memperbaiki tata kota.

Banjir juga beresiko menaikkan harga kebutuhan pokok 10 hingga 20 persen karena distribusi barang-barang terhambat. Fakta memunculkan kritik bahwa penyebabnya kebijakan ekonomi, kebijakan tata ruang, dan kebijakan lainnya yang anti lingkungan hidup Kerakusan ekonomi menyebabkan kerusakan lingkungan karena pembangunan ekonomi pasar tidak mengindahkan kaidah-kaidah etika lingkungan dan kepentingan sosial yang luas.

Persaingan pasar yang berorientasi kepentingan modal menyebabkan kepentingan lingkungan hidup dikesampingkan di bawah otoritas pasar. Konsekuensinya, kebijakan perekonomian menabrak jalur hijau, mengubah serapan air menjadi bangunan, menghilangkan waduk kecil dan serangkaian kebijakan anti-lingkungan hidup lainnya. Pasar memang dapat menggerakkan ekonomi tetapi tidak dapat mengakomodasi nilai-nilai moral dan etika. Kepentingan sosial dan lingkungan pasti terabaikan jika etika, moral, dan regulasi tidak ditegakkan untuk menahan dampak eksternalitas negatif pasar. (jejakrekam)

Penulis mahasiswi Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat *)

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.