Menjaga Kualitas 36 Tahun, Jamu Cuksirih Kini Diakui Kimia Farma dan Smesco Indonesia

0

TANAMAN sirih dikenal masyarakat Indonesia kaya manfaat. Tumbuhan merambat bersandar pada batang pohon lain berbentuk bulat mirip jantung dengan ujung meruncing ini dikenal sebagai obat herbal dan ramuan jamu.

DIRINTIS sejak 1985, Husein Achmad (66 tahun) warga Gang H Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin menggeluti usaha pembuatan jamu tradisional berbahan daun sirih.

Dari pabrik jamu Pucuk Sirih dengan peralatan cukup modern ini pun melahirkan produk unggulan bernama Cuksirih yang turut menumbuhkan ekonomi lokal dengan membudidayakan tanaman sirih.

Produksi ramuan asli Kalimantan Selatan kini dikelola Nadier (35 tahun) putra dari Husein Achmad. Tak kurang dari setengah ton bahan baku dibutuhkan dalam satu bulan untuk memenuhi produksi sesuai permintaan pasar.

Nadeir mengatakan sejumlah daerah di Kalimantan Selatan jadi sentra budidaya sirih. Pemasok bahan baku datang dari Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Pengaron Kabupaten Banjar, Bajuin Kabupaten Tanah Laut serta Banjarbaru.

“Selain bahan baku daun sirih, campuran bahan baku seperti daun tabat Barito dan kayu serapat diambil dari petani di Kalimantan Tengah. Tentu hal ini membuat petani di sana bisa tumbuh berkembang,” tutur Nadier kepada jejakrekam.com, Kamis (9/12/2021).

BACA : Sarigading, Jejak Perjuangan Berdarah hingga Nama Jamu di Barabai

Dia menegaskan pabrik olahan jamu herbal yang didirikan ayahnya, sejak dua berkomitmen mengangkat ramuan asli Kalimantan Selatan. Umumnya, Kalimantan guna menghidupkan roda perekonomian petani lokal.

Di tengah gempuran aneka produk jamu yang punya nama besar di level nasional, Cuksirih mampu bertahan bahkan bersaing di pasaran. Dengan menawarkan solusi sehat untuk masalah kewanitaan, seperti mengobati keputihan, melangsingkan tubuh hingga menghaluskan kulit.

“Alhamdulilah untuk di pasar lokal Kalimantan Selatan, kami masih unggul dibanding produk sejenis dari merek ternama lain. Ini bukti jika Cuksirih diterima baik masyarakat,” ujar Nadier.

Menurut dia, Cuksirih laris di pasaran. Bahkan, diburu kaum hawa yang percaya mengonsumsi jamu lebih aman dan sehat dibanding obat-obatan. Ada dua jenis kemasan dijual yaitu bentuk serbuk seharga Rp 12.000 dan kapsul berisi 24 butir dengan harga Rp 15.000.

BACA JUGA : Dibagikan Gratis bagi Warga, KP2M Antasari Bikin Jamu Cegah Corona

Nadeir mengakui jamu yang diproduksi pabriknya termahal di pasaran. Itu jika dibanding produk sejenis. Hal itu dikarenakan terjaganya kualitas bahan baku rempah yang dibeli langsung dari petani.

“Kami benar-benar selektif memilih bahan baku sesuai standar produk. Teliti sebelum membeli jadi kunci kami menjaga kualitas. Alhamdulilah, saat ini jadi satu-satunya produk jamu asli Banjarmasin yang masih bertahan,” ungkap Nadier.

Proses penjemuran dengan peralatan modern berupa pemanas di dalam pabrik perusahaan jamu Pucuk Sirih Sungai Jingah Banjarmasin. (Foto Iman Satria)

Dengan kualitas yang teruji, Cuksirih mendapat pengakuan dari PT Kimia Farma Tbk. Perusahaan industri farmasi milik pemerintah Indonesia itu pun kini bekerja sama untuk memasarkan produk Cuksirih secara nasional melalui gerai-gerai Kimia Farma di seluruh Indonesia.

BACA JUGA : Bantu Penyembuhan Covid-19, Pengusaha di Banjarmasin Datangkan Jamu Anti Virus Corona

Nadeir mengatakan pihaknya memasok produk ke Kimia Farma terhitung mulai  20 November 2021. Seluruh barang yang dipesan dikirim langsung ke gudang Kimia Farma di Kantor Pusat Jakarta untuk selanjutnya didistribusikan ke berbagai daerah.

“Jadi awalnya Kimia Farma mencari mitra dari ratusan produk di Indonesia terpilih 20 merek. Alhamdulillah, Cuksirih satu-satunya produk jamu asal pulau Kalimantan,” tutur Nadeir.

Upaya pengembangan pemasaran yang lebih luas, Nadeir pun kini mengaku tengah menyiapkan distribusi ke Pulau Sumatera. Mulai tahun depan, selain ke Jakarta yang saat ini sudah dilakukan, Cuksirih ingin merambah pasaran jamu tradisional di Sumatera.

BACA JUGA: Imbas Corona, Pedagang Jamu Tradisional Rasakan Peningkatan Penjualan

Nadier menyebut komitmen memproduksi jamu herbal asli ramuan Kalimantan tanpa bahan kimia dan aman bagi kesehatan tubuh manusia  menjadi kunci utama. Apalagi, kualitas Cuksirih kini sudah teruji di Balai Besar POM di Banjarmasin.

“Bahkan, sekarang produk Cuksirih turut digandeng Smesco Indonesia dalam promosi. Smesco Indonesia merupakan  lembaga resmi di bawah Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia yang bertugas untuk membantu akses pemasaran bagi usaha kecil dan menengah,” papar Nadier.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.