Australia Affair; Kisah Tentara Australia Simpati dengan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

0

Oleh : Mansyur ‘Sammy’

MENJADI bagian dari Sekutu, toh tak membuat tentara Australia sejalan dengan koalisinya. Mereka justru bersimpati dengan perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.

KEBERADAAN tentara koalisi yang disebut ABDACOM atau American-British-Dutch-Australian Command, merupakan komando tinggi angkatan Sekutu di Asia Tenggara, khususnya selama Perang Pasifik dalam Perang Dunia II pada awal 1942.

Ternyata, tentara Australia memiliki andil dalam perjuangan kemerdekaan di Kalimantan Selatan era Revolusi Fisik tahun 1945-1950. Satuan tentara Australia yang tiba di Banjarmasin 17 September 1945 dari Batalyon Infantri Australia 2/31, dipimpin Murray Robson.

Kedatangan tentara Australia ternyata diikuti 160 orang NICA-Belanda dipimpin Van Assenderp. Bermaksud hendak menyusun kembali kekuatan Belanda di daerah ini.

BACA : 9 November 1945, Medan Laga Pasukan Berani Mati BPRIK Amin Effendy

Pada sisi lain, ternyata tentara Australia diam diam membantu perjuangan yang digalang masyarakat di Banua. Mereka adalah Charles Foster dan Victor Little dari Kompi X bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia saat itu. Keduanya mengaku dari Partai Komunis Australia, menyerahkan lima lembar pamflet. Berasal dari kaum politisi Indonesia di Australia beralamat Metropole Hotel Melbourne.

Iring-iringan tentara Australia saat memasuki Banjarmasin untuk melucuti persenjataan serdadu Jepang. (Foto AMS)

Isi pamflet menerangkan bahwa Indonesia telah merdeka,  mengajak semua lapisan masyarakat dan golongan pegawai, polisi, buruh dan rakyat umumnya untuk bersatu dan supaya menolak kedatangan NICA.

Pamflet kemudian diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh M Afiat, dicetak dengan huruf Arab dan Latin, kemudian diperbanyak 400 lembar.

BACA JUGA : PRI, Kado Terakhir Jepang Pasca Kekalahan Perang Pasifik

Penyebaran pamflet itu dilakukan pada 1 Oktober 1945 di seluruh Kalimantan Selatan. Kemudian di Banjarmasin penyebaran dipelopori Hadhariyah M, F. Mohani, Hamli Tjarang dan Abdurrahman Noor.

Selanjutnya di Rantau dan Kandangan dipelopori  HM Rusli dan Hasnan Basuki, sedangkan di Barabai oleh H  Baderun. Daerah lainnya seperti Pelaihari, Martapura, Marabahan dan Puruk Cahu penyebarannya dilakukan tentara Australia yang bertugas melucuti senjata Jepang di daerah tersebut.

Pamflet tersebut juga disebarkan di Amuntai melalui sopir dan pedagang Amuntai yang kembali dari Banjarmasin. Beberapa orang anggota Persatuan Rakyat Indonesia (PRI) yang sempat melakukan penyebaran pamflet-pamflet kemudian ditangkap NICA. Di antaranya Hadhariyah M. Barulah dibebaskan setelah Pengurus Besar Persatuan Rakyat Indonesia (PBPRI) melakukan aksi protes.

BACA JUGA : Pertempuran Hambawang Pulasan, Kisah Heroik dari Birayang

Bersamaan dengan penyebaran pamflet-pamflet diadakan pula rapat-rapat dan aksi pencoretan di rumah-rumah Belanda dan kantor-kantor pemerintah dengan tulisan; Milik Republik. Penyebaran pamflet sangat berpengaruh di kalangan rakyat, sebab menyadarkan bahwa  telah merdeka dan dengan demikian Belanda dengan pemerintah NICA-nya harus ditolak.

Petinggi tentara Australia dalam sebuah rapat untuk penyerahan kekuasaan militer Jepang kepada Sekutu di Banjarmasin. (Foto AMS)

Mereka adalah Charles Foster dan Victor Little dari Kompi X bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia saat itu. Keduanya mengaku dari Partai Komunis Australia, menyerahkan 5 lembar pamflet. Berasal dari kaum politisi Indonesia di Australia beralamat Metropole Hotel Melbourne.

BACA JUGA : Dari Militaire Weg ke Jalan Kalimantan hingga Jalan S Parman

Isi pamflet menerangkan bahwa Indonesia telah merdeka, mengajak semua lapisan masyarakat dan golongan pegawai, polisi, buruh dan rakyat umumnya untuk bersatu dan supaya menolak kedatangan NICA-Belanda.

Tak mengherankan, kelak peristiwa itu pun dinamakan Australia Affair seperti direkam dalam laman Australian War Memorial (AWM).(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (LKS2B) Kalimantan

Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.