Perlu Kajian Mendalam, Masih Layakkah Banjarmasin Berjuluk Kota Seribu Sungai?

0

JULUKAN kota seribu sungai hingga kini masih melekat pada Banjarmasin. Ternyata, di ibukota Kalimantan Selatan ini tercatat hanya ada 102 sungai baik berskala besar, sedang dan kecil yang masih aktif.

“DARI data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin berdasar informasi dari bidang sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) hanya terdata 102 sungai yang masih aktif. Lantas mengapa Banjarmasin bisa dinamakan kota seribu sungai? Jawaban dari versi pemerintah, karena karena itu penamaan orang-orang terdahulu karena malas menghitung jumlah sungai yang pasti di Banjarmasin,” papar sejarawan muda FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur kepada jejakrekam.com, Sabtu (23/10/2021).

Menurut Mansyur, problematika sungai di Banjarmasin memang sangat perlu dicarikan jalan keluar. Utamanya, pendekatan lewat kearifan lokal sesuai visi-misi pembangunan Banjarmasin ke depan untuk lebih kembali ke alam (back to nature) dan kembali sungai (back to river).

“Ini tentu bisa terealisasi, jika ada kajian realistis yang bisa direalisasikan. Utamanya menjawb kenapa begitu melegenda sebutan Banjarmasin sebagai kota seribu sungai,” ucap Mansyur.

BACA : Proyek Jembatan A Yani Segera Digarap, Pakar Kota Sebut Sungai Banjarmasin Sedang Sakit

Magister sejarah jebolan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini mengatakan saat ini telah dibedah apa saja problema kota, berkelindan dengan posisi sungainya. Sebab, sungai di Banjarmasin masih berfungi sebagai sarana transportasi, walau kini hampir seluruh wilayahnya telah terhubung dengan jalan darat.

“Dari kajian sejarah tentu sangat penting atau vital untuk mengembalikan julukan kota seribu sungai sesuai dengan faktanya. Jadi, ke depan, kita tak perlu ragu bahwa posisi sungai di Banjarmasin tetap menjadi fungsi utama sebagai sarana transportasi yang masih relevan di tengah modernitas moda transportasi yang ada,” beber Sammy, sapaan akrabnya.

BACA JUGA : Era Moda Transportasi Sungai Banjarmasin Berakhir?

Ia pun setujui dengan kajian yang digagas Barenlibangda Kota Banjarmasin untuk menggali pemanfaatan tepian suungai di kota ditinjau dari aspek historis, sosial budaya dan hukum pada 2021 ini.

Bagi Sammy, hal itu sangat penting karena dalam perkembangan sejarah baik diawali era kerajaan-kerajaan tempo dulu, Kesultanan Banjar, kolonial Belanda hingga sekarang justru Banjarmasin masih menonjolkan sisi sungainya.

BACA JUGA : Pangeran Alie, Rumah Lanting dan Normalisasi Aliran Sungai Kuin

“Ambil contoh saja, foto-foto zaman dulu mengenai Banjarmasin masih selalu terkait dengan view sungai atau kehidupan budaya masyarakat sungai. Inilah mengapa kota ini memang penting untuk kembali ke jati dirinya sebagai kota sungai,” tandas Sammy.(jejakrekam)

Penulis Rahim Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.