Ngalih Malapangkan Paring Tuha

0

Oleh : Noorhalis Majid

BILA sudah tua – berumur, sulit diberikan pendidikan dan pengetahuan baru. Apalagi mengikuti perubahan zaman, susah sekali bagi orang yang sudah tua. Inginnya jangan terlalu banyak berubah, sesuai pakem yang sudah ada saja.

TANTANGAN dalam memberikan pengetahuan kepada yang sudah berumur, itulah yang dimaksud ngalih malapangkan paring tuha.

Sulit meluruskan bambu yang sudah tua, begitu arti harfiahnya. bambu muda, kalau tumbuhnya bengkok, mudah saja meluruskannya. Namun, kalau sudah tua, tidak mungkin dapat meluruskan. Setidaknya, kalaupun bisa diluruskan pasti tidak mudah.

Dipinjam sebagai perumpamaan terhadap manusia, tentang pendidikan, pengajaran, atau memberikan pengetahuan baru terkait berbagai perkembangan yang harus diikuti oleh siapapun, maka sulit menyampaikannya kalau sasarannya yang sudah berumur.

Benar apa kata pepatah, belajar di waktu muda, bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar saat sudah tua, bagai mengukir di atas air. Sekeras apapaun batu, kalau mampu diukir, akan meninggalkan bekas yang dalam.

BACA : Kuliner Banjar; Refleksi di Ujung Lidah, Warisan yang Tak Boleh Luntur

Sedangkan mengukir pada air, hanya satu kesia-siaan. Walaupun demikian, tentu selalu ada kasus-kasus tertentu, dimana orang tua yang sudah berumur masih bisa menerima berbagai pelajaran dan adaptasi perubahan zaman.

Ungkapan ini memberikan nasihat, mumpung masih muda, galilah ilmu sebanyak mungkin. Jangan malas belajar. Apapun itu, asal baik dan bernilai positif, pelajari sebagai bekal hari tua. Masa muda, waktu mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, terutama bekal pengetahuan dan keterampilan.

Pada saat sudah berumur, ketika segala bentuk pelajaran sulit diingat dan dipahami, pada saat itulah semua bekal yang sudah didapat akan bermanfaat. Karenanya, sering orang tua ketika menghadapi satu pekerjaan, mengatakan saya pengalaman soal ini – soal itu, saya dulu pernah belajar ini, karenanya mudah mengerjakan.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Ketika masa muda malas, tidak mau banyak belajar, menggali pengetahuan dan mengasah keterampilan. Saat tiba masa tua, tidak banyak yang bisa dilakukan. Karena bekal pengetahuan dan keterampilannya tidak ada. Hanya menjadi penonton, menyaksikan orang lain melakukan berbagai hal. Ingin belajar, sudah tidak mungkin. Tidak mampu lagi menerima pelajaran, semua hal sudah terasa sangat sulit, ngalih malapangkan paring tuha.(jejakrekam)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.