Gelar Serumpun Kalimantan, Seknas Jokowi DPW Kalsel Berikan Hasil Rekomendasi Penanganan Covid-19

0

SEKNAS Jokowi DPW Kalimantan Selatan menggelar acara serumpun Kalimantan secara virtual dengan tema: “Revolusi Penanganan Covid-19.” Dihadiri oleh akademisi dan pemangku adat di pelbagai wilayah, yakni Aji Ahmad Ismail selaku Panglima Mail Mandau asal Kaltim, Uria Madya Harisatriano selaku tokoh GMPTS asal Kalteng, Yohanes Palaunsoeka selaku Dato Panglima Surat asal Kalbar, Panglima Husen Raider dan kedua akademisi asal jiran negeri tetangga, yakni M Jefri Ariff (Brunei Darussalam University) dan Nabieh Rahmat (Aktivis Media dan Dokter di Malaysia).

PENANGANAN Covid-19 di belahan negara termasuk di Brunei Darussalam, menurut Zefri Ariff, selalu diupayakan agar menekan angka kematian. Namun, kata dia, peristiwa atau kondisi pandemi yang melanda di beberapa negara ini tak bakal cepat sirna dari tahun ke tahunnya.

“Perlahan, kita akan akrab dengan kondisi ini. Selalu menjaga kesehatan dan jarak sesama, bahwa kita selalu dibayangi kondisi ini. Kita lihat fenomena ini tidaklah hanya sekadar musibah, tetapi hikmah. Bahwa Tuhan ingin menyadarkan kita lewat fenomena-fenomena ini,” ucap penyair asal Brunei Darussalam itu.

Jefri mengakui, kalau di negara Brunei Darussalam terkait pendidikan dan kesehatannya sangat bersifat terbatas. “Kondisi yang merupakan revolusi bagi ruang pendidikan dan kesehatan di seluruh sendi kehidupan. Maka perlu ukhuwah islamiah dalam bentuk global, membantu sesama umat beragama.”

“Ada istilah vaksin kerohanian, ini sangat diperlukan ditengah kondisi serbat sulit ini. Orang-orang sudah mulai mendekati mesjid, lalu berbagi ke sesama manusia,” ujarnya.

Menurutnya, upaya pemerintah pusat maupun daerah dapat melaksanakan atau menerapkan sistem vaksin kerohanian, dan hal ini juga dapat menekan jumlah kerumunan dalam kebijakan PPKM.

“Negara meyakini ini adalah pembelajaran untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, saat ini sehingga semua dapat berjalan lebih baik, mesjid sudah dapat adzan dan berjamaah kembali. 500 hari mereka border control, sehingga efektif penanganan PPKM.”

Sementara Ketua Panitia Penerjemah Buku Diagnosis Indonesia, dr Nabieh Rahmat, mengenai informasi penanganan covid-19 di Malaysia berbanding jauh dengan negara lainnya, bahkan hampir tertinggi kematiannya. Dengan angka kematian berjumlah 8.201 sejak pandemi di mulai, terhitung pada 26 Juli 2021.

“Virus siapa dapat terjangkit. Sebab itu, perlu ada penanganan serius diberbagai sektor dalam membantu menekan angka ini,” ucap Nabieh via zoom Serumpun Kalimantan, pada Sabtu (28/8/2021) malam.

Nabieh bercerita, sempat terjadi pergolakan politik di negara Malaysia sehingga penanganan Covid-19 tidak terfokuskan dengan baik. “Peta politik di negera ini terus mengalami pergolakan, para kabinetnya seiring berganti kala kondisi pandemi terus meningkat. Tentu berbeda dengan Indonesia, Presiden Jokowi dengan segudang persoalannya hingga didemo massa tetap stabil karena tidak merubah sistem kabinetnya, sehingga kebijalan dapat berjalan.”

Dua bulan terakhir, kata Nabieh, sangat parah dan dianggap tingkat kematian tertinggi di dunia. “Jadi, strategi apa yang efektif dalam mengawal covid ini? Saya melihat, budaya protes di Malaysia tidak sama dengan Indonesia yang penuh ragam suku dan budaya.”

Kondisi di Malaysia yang cenderung pasif, menurutnya menjadi kelemahan dalam menangani pandemi Covid-19. Karena adanya perubahan politik berganti-ganti pada tahun 2020-2021, Nabieh mengkhawatirkan kondisi negaranya menghadapi krisis tersebut.

“Di sini bahkan ada upaya butuh diri dengan tingkat stressnya, sampai kondisi di Lockdown. Bulan maret tahun 2020, alokasi dana bansos dilakukan namun masih mengalami hambatan diberbagai wilayah. Dan penyebaran covid-19 tidak bisa kita sepelekan, sebab penduduk mendadak miskin, namun kondisi sekarang 80 persen warga Malaysia sudah vaksinasi, sehingga menurunkan kasus Covid.”

Pengobatan Tradisional

Dato Panglima Surat asal Kalimantan Barat, Yohanes Palaunsoeka, mengakui bahwa fasilitas di wilayahnya sangat terbatas, apalagi di daerah terpencil. “Di sini meyakini pengobatan tradisonal, walaupun sebagian di sini juga melakukan vaksinasi yang dianjurkan pemerintah. Lewat penggunaan bahan-bahan pengobatan tradisional, dan pola-pola melalui hukum adat. Baik langkah PPKM hingga kebijakan lainnya, masyarakat adat telah memakainya sejak lama dengan mekanismenya sendiri.”

“Kami menaati pemerintah, tetapi kami tidak meninggalkan pengobatan tradisonal. Dan puji Tuhan, Kalimantan Barat sudah menurun kondisinya. Masalah vaksinasi, pemerataan ini belum menyentuh. Di sini baru 1 Juta lebih, sementara diperlukan 8 juta vaksin di sini. Kendalanya bukan anggota medis, tetapi ketersediaan vaksin itu.”

Yohanes mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat pedalaman di Kalimantan Barat, terlebih ihwal vaksinasi tersebut. Namun, menurutnya masyarakat adat di sana telah melakukan pengobatan sendiri dengan adatnya masing-masing. “Saya tekankan dan menghimbau kepada masyarakat suku Dayak di sini maupun di luar sana, dahulu para leluhur memiliki kearifan lokal yang baik dengan pola kesehatan seperti cuci tangan dan kaki yang tersedia ketika keluar rumah. Hal ini sudah jarang terjadi,” tukasnya.

Adapun yang dilakukan oleh Panglima Mail Mandau, Aji Ahmad Ismail, turut juga melestarikan adat dan budaya di wilayahnya dalam menghadapi persiapan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Dia mengakui, selalu mematuhi kebijakan pemerintah terkait prosedur-prosedur dalam kebijakannya.

“Tak berbeda jauh dengan di Kalimantan Barat, kami di Kalimantan Timur selalu mengupayakan dalam pelestarian adat yang mana kini sudah terkikis, termasuk dalam pengobatan. Bahan-bahan alam dari pengobatan masyarakat adat Dayak cukup ampuh dalam menyembuhkan warga pedalaman sini.”

Sependapat dengan Panglima Mandau, Harisatriano selaku Ketua Gerakan Pemuda Dayak (Gerdayak) yang juga DPW Seknas Jokowi asal Kalteng itu, merasa keampuhan dalam pengobatan tradisonal Dayak cukup dapat menyembuhkan warga di pelosok daerah sekitarnya.

“Selama 25 hari baru sembuh secara medis, tetapi kami memilih pengobatan secara tradisional, dan lewat kearifan lokal di sini. Kearifan lokal dari bangsa Dayak, dapat menyembuhkan penyakit,” tegasnya.

Dia menyebut tradisonal Dayak tak berbeda dengan masyarakat suku Banjar. Dengan melalui Batimung, kata dia, sangat efektif dalam menyebuhkan penyakit termasuk pandemi covid-19 yang melanda daerahnya. “Melakukan pencegahan dengan kearifan lokal, sekaligus tidak meninggalkan tradisi masyarakat terdahulu lewat pengobatannya. Sementara, kami meyakini itu.”

Seknas Jokowi DPW Kalimantan Selatan, Sri Naida, membacakan hasil rekomendasi dari diskusi virtual Serumpun Kalimantan. Di antaranya terkait revolusi industri 4.0 dalam menata sendi kehidupan di Indonesia.

“Pada saat pidato Presiden Jokowi mengatakan kesiapan untuk memasuki Revolusi Industri 4.0. Saatnya kita bergerak, maka untuk itu seluruh audien pada pertemuan ini bersepakat dalam menjalankan perintah tersebut dan membuka pikiran seluasnya dengan mengedepankan pemahaman Revolusi Ilmiah, Revolusi Ilmu dan Revolusi Budaya menuju Revolusi Industri,” ucap mantan anggota DPRD Banjarbaru itu.

Menurutnya, masyarakat harus segera dapat beradaptasi dengan adanya pandemi dan bersiap untuk melaju, serta menyelesaikan agenda vaksin hingga tercapai 80 persen. “Membuka tabir kearifan lokal untuk membantu kesiapan kita menghadapi Herd Community seperti pengalaman Malaysia dan Brunei,” ujarnya.

Kata Naida, melakukan reorientasi PPKM agar tidak lagi memberatkan masyarakat, sebab masyarakat perlu merasakan jauh dari tekanan psikologis di masa pandemi.

“Sehingga harus melibatkan semua kelompok masyarakat, pimpinan lokal, tetuha adat ntuk penanganan covid, sehingga ada kepatuhan pelaksanaan PPKM ini,” tutur perempuan berkerudung ini.

Dia juga mendukung adanya pengobatan tradisional di setiap wilayah adat di Kalimantan maupun di luar sana. “Gerakan kembali ke alam, buat obat-obatan lokal. Bahwa hutan adalah apotik hidup, dan supermarket tanaman.”

Naida berkeinginan, bahwa saatnya revolusi teknologi dengan membangun pabrik-pabrik vaksin yang berkualitas di wilayah masing-masing. Kata dia, jangan hanya berpangku semuanya atas anjuran WHO saja.

“Kita harus berdikari, kalau perlu pabriknya di Kalimantan. Sebab kita punya banyak sumberdaya alam di sini juga SDM. Rakyat bersama maka kita menang. Mari kita berdoa dan mengaminkan segala maklumat kita dalam rekomendasi ini,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis M Rahim Arza
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.