Foto : Istimewa
DAMPAK bencana banjir di Kalimantan Selatan benar-benar dirasakan masyarakat, khususnya kalangan ekonomi menengah ke bawah.
INI dirasakan ketika proses penyaluran atau distribusi gal LPG baik bersubsidi (PSO) maupun tidak bersubsidi (non PSO). Terutama di daerah yang terdampak banjir.
Data Depot Mini di Kalsel menunjukkan, distribusi LPG sebelum banjir pada Desember 2020 sebanyak 946 skidtank atau setara 12.327.170 kilogram, turun menjadi 740 skidtank atau 9.646.050 kilogram pada Januari 2021.
Penurunan tersebut bukan disebabkan stok kouta dari Pertamina berkurang. Namun, melainkan terkendala banyaknya infrastruktur jalan dan jembatan yang putus sehingga berakibat mobil skidtank gas dan tangki minyak, tidak bisa menuju Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) untuk gas dan SPBU yang mendistribusikan minyak.
BACA : Jangkau Kebutuhan BBM Masyarakat Desa, Kini Pertashop Sapa Kabupaten Banjar dan Batola
CEO PT Pertamina Retail dan Ekskutif GM Pertamina Kalimantan turun langsung ke Kalimantan Selatan untuk mengatasi kesemrawutan langkanya minyak dan gas dengan mengerahkan LCT melalui jalur sungai agar kelangkaan tersebut, sehingga bisa diminimalisir.
Para agen LPG 3 kilogram pun mengerahkan kelotok-kelotok menyelusuri sungai-sungai mendistribusikan gas melon itu ke desa-desa yang terkendala yang biasanya dengan truk lewat jalur darat seperti kerjasama TNI dengan PT Borneo Anugrah Insanindo sebagai agen LPG 3 kilogram di Kabupaten Banjar yang paling parah terdampak banjir.
Direktur PT Borneo Anugrah Insanindo, Muhammad As’adi mengatakan pendistribusian gas melon khususnya bagi masyarakat terdampak banjir seperti di Kabupaten Banjar bisa berjalan lancar.
“Jadi, bisa tepat sasaran bagi pangkalan dan masyarakat untuk mendapat gas bersubsidi di tengah bencana banjir dengan mengerahkan kelotok sehingga bisa sampai tujuan,” ucap As’adi kepada jejakrekam.com, belum lama tadi.(jejakrekam)