Kian Marak, Pandemi Menuntut Badut Panggilan Harus Turun ke Jalan

0

DI BAWAH terik sinar matahari yang hampir meredup, kucuran peluh yang sesekali diusap menggunakan tangan itu mengiringi langkah demi langkah pria berusia 40 tahun.

SUDAH lebih dari dua bulan terakhir, Anto menjadi penghibur jalanan. Mengenakan kostum dengan berat sekitar lima kilogram, sesekali melambaikan kedua tangan, bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Anto biasanya mangkal di sekitaran Jalan Adhyaksa, Sungai Miai, Kecamatan Banjarmasin Utara. Bila sepi dan bosan, dia pun kembali berjalan sembari menyusuri jalanan lalu berhenti lagi di suatu tempat.

Seakan tak kenal libur, begitulah kegiatan Anto setiap harinya. Dirinya memulai peran sebagai badut jalanan dari jam 10 pagi hingga menjelang larut malam.

“Saya biasa berpindah-pindah. Tapi tidak jauh-jauh dari sekitaran sini. Bisa dari jam 10 pagi, pernah sampai jam 10 malam,” ucapnya saat berbincang dengan jejakrekam.com, Kamis (13/8/2020) petang.

BACA : Berkeliaran di Martapura, Ninja Naruto dan Sponge Bob diamankan Satpol PP Banjar

Menjadi badut jalanan sebenarnya merupakan tuntutan yang harus dilakukan. Awalnya Anto berprofesi sebagai badut panggilan yang biasa menghibur di acara syukuran atau ulang tahun anak-anak.

Namun, setelah pandemi melanda. Kian hari job menjadi badut panggilan mulai sepi. Sehingga dia menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang ikut terdampak pandemi.

“Kalau jadi badut itu saya sudah dua tahunan. Biasa mengisi undangan ulang tahun anak-anak,” katanya.

BACA JUGA : Butuh Modal, Tak Semua Pengemis Itu dari Keluarga Tak Mampu

Saat masih fokus pada profesi utama sebagai badut panggilan, dalam sepekan Anto mengaku bisa sampai lima acara yang membutuhkan jasanya untuk menghibur orang-orang.

Namun setelah adanya pandemi ini dan bertransformasi menjadi badut jalanan, Anto mengakui bahwa penghasilannya berkurang. Belum lagi, ada cukup banyak badut-badut dengan menggunakan kostum animasi bertebaran di jalanan.

“Tapi ya mau gimana lagi, semua tidak ada yang menghendaki (pandemi) ini kan sebenarnya,” ujarnya sambil terlihat tegar.

Beruntungnya, kostum yang dikenakan Anto merupakan kepunyaannya sendiri. Tidak menyewa seperti kebanyakan orang. Sehingga bebannya agak sedikit berkurang.

Selain mengenakan kostum badut, ada aksesori tambahan yang dikenakan Anto. Di leher misalnya, tergantung celengan uang dan alat pengeras suara agar musik yang dimainkan bisa didengar orang dari kejauhan.

BACA JUGA : Sempat Melawan, PSK dan Waria Diamankan Satpol PP Saat Razia Pekat

Alat itu merupakan hasil rakitan sendiri, dengan bergantung pada daya baterai dan disambungkan ke telepon genggam. Dari situlah, bunyi-bunyian terdengar. Lebih umumnya, lagu-lagu diputar yang sedang ngehits.

“Kadang-kadang bisa hanya kuat sampai dua jam mengenakan kostum ini dicopot dulu sementara. Soalnya berat dan sangat panas,” celetuknya.

Anto mengakui, kebanyakan yang menyukai condong dari kalangan anak-anak usia dini. Wajar saja, kostum yang dikenakannya merupakan animasi terkenal di stasiun televisi pada masanya.

“Terkadang juga ada yang menghampiri. Kemudian meminta berfoto. Lalu mengasih uang. Anak-anak itu biasanya tertawa melihat kostum yang lucu ini,” ucapnya sembari tertawa kecil.

Anto juga mengaku beruntung, lantaran selama ia menjadi badut jalanan, tak pernah sekalipun mengalami aksi kejar-kejaran dengan petugas.

“Karena kita juga mainnya tidak pernah di lampu merah atau di jalanan yang mengganggu lalu lintas. Bahkan petugas yang sering memberi kami,” tuturnya.

Lelaki merupakan asli kelahiran Banjarmasin ini adalah sosok yang murah senyum. Tak ada kalimat mengeluh sedikit pun yang keluar dari mulutnya. Justru sebaliknya, hanya ada kalimat optimis.

“Rezeki akan menghampiri selama seseorang mau berusaha. Yang penting jangan diam atau sekadar menunggu,” tutupnya sembari berpesan.

Fenomena badut jalanan ini pun menyerbu sejumlah ruas jalan. Seperti di depan Duta Mall, perempatan bawah Flyover Gatot Subroto, Giant Extra di kawasan Jalan Achmad Yani. Kemudian, di ruas Jalan Brigjen Hasan Basry, Kayutangi, Jalan HKSN, Jalan Banjar Indah Raya, serta beberapa ruas jalan yang padat lalu lintas demi mengais uang receh.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.