Bergotong Royong Tuntaskan Sang Covid

0

Oleh : IBG Dharma Putra

KONDISI kesehatan masyarakat, yang diwarnai dan didominasi oleh masalah pandemi Covid-19 ini, memang sangat rumit.Besaran kasus penyakit karena covid sudah sangat nyata dengan sebaran yang hampir merata di seluruh wilayah.

MENYEBARNYA kasus Covid, bukan dikarenakan oleh terlambat dimulainya upaya penemuan kasusnya saja tapi terutama disebabkan oleh penyebab logis lain. Seperti banyaknya kasus tanpa gejala sehingga seperti orang yang terkena, karena merasa tidak sakit, akan tetap beraktivitas, bergerak kesana kemari, tidak terbendung, pada kondisi lalu lintas penduduk yang bebas dan terbuka.

Kondisi besaran dan sebaran kasus yang masif tersebut, memerlukan pemutusan rantai penularan yang bersifat paradok dengan kehendak pertumbuhan ekonomi. Pemitusan rantai penularan penyakit berkehendak agar masyarakat diam sedangkan kehendak ekonomi adalah agar masyarakat beraktivitas.

Dalam kondisi perekonomian yang baru mapan dengan kondisi kesehatan masyarakat yang belum optimal, maka kinerja pemutusan rantai penularan berbanding terbalik dengan kinerja pertumbuhan ekonomi. Kedua hal yang sama sama pentingnya sedang berada di kutub yang berbeda.

BACA : Alarm Alam Dan Pelajaran Dari Covid-19

Pada saat pemutusan rantai penularan diterapkan dengan masif, bangunan pertumbuhan ekonomi akan mancet bahkan mengkhawatirkan bisa runtuh sedangkan jika kehendak untuk mencegah kekhawatiran keruntuhan ekonomi diupayakan secara optimal maka pemutusan rantai penularan penyakit akan terganggu.

Kondisi paradoksal seperti itulah, yang menjadi penyebab dari timbulnya kebijakan retraksi (tarik ulur) dari pemerintah. Dan pada kondisi kebijakan yang bersifat tarik ulur dengan waktu yang pendek tersebut, dimungkinkan terjadinya kurangnya pemberian penjelasan akan latar belakang kebijakan sehingga berdampak terjadinya dispute di masyarakat. Sebuah dispute yang bisa menjadi sumber persepsi yang beragam dan bersifat negatif.

Dispute dan pro kontra yang terjadi, selataknya segera dicarikan jalan keluar yang tepat. Sebuah jalan keluar unik, karena peristiwa pandemi covid ini juga hal yang sebelumnya tak pernah ada. Sebuah jalan keluar teoritik dengan pendekatan trial and error, karena ketiadaan teori yang lebih mapan sekaligus ketiadaan pengalaman emperik.

BACA JUGA : Mempersiapkan Tes Cepat Dalam Penemuan Kasus

Dalam kondisi seperti itu, kesadaran untuk bertanya dan mengembalikan setiap uoaya jalan keluar kepada masyarakat menjadi sebuah keputusan yang bijaksana. Karena dipahami bahwa masyarakatlah yang paling tahu tentang diri masyarakat itu sendiri. Dan pemikiran jernih seperti itu, akan menjadi momentum, timbulnya kesadaran akan pentingnya peran serta masyarakat.

Masyarakat diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalahnya dan pemerintah beserta aparat pemerintah, memberi dulungan informasi, sarana prasarana serta bahan bahan untuk bisa berlangsungnya pengambilan keputusan serta pelaksanaan tindakan dari, untuk dan oleh masyarakat itu sendiri.

Salah satu jalan yang sudah kita kenal, sebagai upaya untuk merangsang peran serta tersebut adalah dengan keterbukaan pengelolaan kegiatan. Sebuah cara berpikir logis sistimatis bahwa dengan keterbukaan akan timbul peran serta dan dengan ramuan keduanya akan timbul hasil kegiatan yang bermanfaat secara nyata di masyarakat.

Pengelolaan kegiatan dengan alur berpikir seperti ini, secara prinsip memerlukan beberapa persyaratan minimal, yaitu.

  1. Menyediakan akses informasi yang seluas luasnya bagi masyarakat. Informasi yang diberikan setifaknya menyangkut besaran masalah, distribusi masalahnya, kemungkinan penyebab masalah, tindakan yang diusulkan untuk dilakukan serta akibat dan akibat samping dari tindakan yang diusulkan tersebut. Peran satgas covid, sangat dominan untuk menyediakan serta menampilkan informasi tersebut. Dan tugas inilah yang menuntut kinerja survailan yang sangat baik. Bukan hanya survailan penyakit tapi juga survailan kondisi sosial ekonomi.
  2. Melembagakan peran serta masyarakat tersebut, sehingga dapat menjadi kebiasaan serta budaya. Dan momentum kejadian covid bisa menjadi salah satu penyebab dari berbagai penyebab terbudayakannya pelibatan masyarakat sebagai subjek pembangunan.
  3. Menyediakan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Dengan adanya pencatatan setiap kejadian serta melaporkannya secara berjenjang ke tingkat penentu kebijakan tertinggi, termasuk kepada masyarakat melalui wakil wakilnya serta pers, maka akan dapat terbentuk sebuah aliansi dukungan kegiatan yang kuat dari semua stake holder yang bersifat sistimatik, gradual dan terkontrol.
  4. Penyediaan penanganan keluhan yang mantap. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa semua upaya , walaupun dilakukan dengan niat baik, direncanakan, dilaksanakan dan diawasi dalam sebuah pengelolaan kegiatan yang sebaik baiknya, tetaplah akan tidak sempurna dan menimbulkan dampak negatif pada kondisi yang sangat beragam ini. Dampak ikutan yang tak diinginkan tersebut akan bisa terkelola dengan baik jika tersedia sistem penangganan keluhan.
  5. Berpihak pada rakyat terbanyak, khusunya yang miskin dan terpinggirkan. Hal tersebut harus dipastikan terjadi karena hakekat keberadaan kita adalah saling tolong menolong dalam sebuah harmoni toleransi yang paripurna. Politik hakiki dari sebuah pemerintahan adalah mengedepankan keientingan masyarakat, dan khususnya masyarakat miskin.

Pola pendekatan yang bersifat patisipatif dengan memperhatikan kesetaraan diantara semua masyarakat serta perhatian bagi masyarakat miskin yang paling terdampak, perlu mulai dibiasakan untuk mengatasi masalah di wilayah masing-masing.

Mengawali langkah tersebut pemanfaatan musyawarah desa dan tentunya hal yang sama di tingkat kelurahan, bisa mulai diupayakan. Tentunya akan ada kegagapan awal karena belum terbiasa tetapi lama kelamaan akan terbiasa, menjadi kebiasaan bahkan akan menjadi budaya.

BACA JUGA : Triangle Epidemiologi Dalam Memutus Rantai Penularan Covid-19

Subuh ini, saya menulis hal ini, dari sebuah kesadaran yang timbul dari berbagai penugasan yang harus diselesaikan dengan cepat, kebuntuan teoritis serta emperis dan berbagai diskusi yang sangat menginspirasi, bahwa masalah Covid tak mungkin terselesaikan tuntas tanpa peran serta masyarakat.(jejakrekam)

Penulis adalah Direktur RSJD Sambang Lihum

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.