Pesan Psikolog Agar Mahasiswa Tidak Stres Kuliah Daring

1

PANDEMI virus corona memaksa seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) meliburkan aktivitas perkuliahan tatap muka untuk sementara waktu.

MAHASISWA dan dosen diminta melakukan semua aktivitas di dalam rumah, seperti perkuliahan secara daring atau online. Terhitung sudah satu bulan seluruh kampus melakukan perkuliahan daring. Hal itu menyusul edaran dari Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) nomor 3 tahun 2020, tertanggal 9 Maret 2020 tentang pencegahan penyebaran Covid-19.

Rasa bosan, pasti dialami mahasiswa lantaran sudah terlalu lama berdiam diri di rumah. Belum lagi, menurut mereka, tugas yang secara terus menerus diberikan oleh dosen, sehingga secara tidak langsung hal itu menjadi tekanan psikologi untuk mahasiswa itu.

Seperti Erli Pardila, mahasiswi di salah satu PTS di Banjarmasin mengatakan, dirinya menganggap sistem kuliah daring saat ini tidak jelas. Sebagian dari dosen hanya memberikan materi tanpa adanya penjelasan.

“Sedangkan tugas jalan terus, kita diminta untuk memahami sendiri tanpa dijelaskan,” katanya kepada jejakrekam.com, Kamis (16/4/2020).

BACA : Covid-19, ULM Tunda Wisuda Dan Perkuliahan Via Online

Belum lagi, di tengah aturan kuliah daring saat ini, dirinya dihadapkan dengan sulitnya jaringan internet saat berada di kampung halaman.

“Jaringan yang tidak memadai, sedangkan kita harus mencari bahan tugas yang diberikan oleh dosen dengan deadline yang pendek,” katanya.

Hal serupa diungkapkan Taufiqurrahman, mahasiswa PTN di Banjarmasin. Kepada jejakrekam.com, Ufik sapaan akrabnya mengatakan, dari delapan dosen pengajar di kelasnya, mayoritas dosen hanya memberikan tugas tanpa memberikan penjelasan. “Padahal yang diharapkan kuliah online, bukan tugas online,” singgungnya.

Menanggapi hal tersebut, pakar psikologi Ceria Hermina menganggap kasus yang berkaitan dengan mahasiswa merupakan fenomena tersendiri.

Menurut Ceria, saat kondisi seperti ini para dosen tidak bisa memberi target acuan standar nilai maksimal layaknya perkuliahan seperti biasa. Meski pun ada tugas, ia menyarankan untuk memberi tugas yang sesuai dengan kondisi saat ini, sehingga mahasiswa mampu memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Standar penilaian tidak bisa lagi mematok standar yang optimal, minimal mahasiswa bisa mengerjakan tugas dengan baik dan tidak stres serta bisa mengedukasi masyarakat dengan baik. Jadi terkait tugas, saya harap dosen dapat memahami ini semua,” terangnya.

BACA : Ini Saran Pakar Ilmu Kesehatan Masyarakat ULM-UPR Untuk Rencana PSBB Banjarmasin

Kendati demikian, Akademisi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) ini mengatakan, kondisi seperti ini jangan dijadikan mahasiswa untuk selalu mengeluh. Dosen muda ini menyarankan agar mahasiswa tetap berpikir positif dan selalu berkomunikasi dengan dosen jika ada yang keluhan.

“Karena milenial sekarang lebih suka ungkapin semuanya di media sosial. Jika ingin protes, sampaikan saja kepada dosen kalian, tetapi dengan bahasa yang santun. Jangan sampai kalian stres,” sarannya.

Menurut psikolog jebolan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini, mahasiswa hanya perlu adaptasi terlebih dahulu dengan aktivitas perkuliahan daring seperti ini.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Andi Oktaviani
1 Komentar
  1. Anonim berkata

    Memang pendidikan indonesia sinting bin gila

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.