Banyak Lirik Lagu Banjar Masih Salah dalam Penulisannya

0

BERAWAL dari diskusi di laman berbagi facebook (FB), diskusi menarik soal berbahasa Banjar yang baik dan benar antara para sastrawan, budayawan, wartawan, akademisi dan pegiat budaya dibawa ke diskusi pinggiran di Balai Cendikia, Jalan Pramuka, Komplek Semanda, Banjarmasin, Jumat (13/12/2019).

DISKUSI pinggiran bertajuk Merawat dan Menutur Bahasa Banjar dalam Lintas Zaman, digeber para pegiat dan pemerhati budaya khas Kalsel ini. Sebagai pemantik, wartawan kawakan Kalsel, Khairiadi Asa yang sering mengeritik penggunaan bahasa Banjar yang salah, menjadi pemateri pertama.

Para satrawan, budayawan dan komunitas pencinta bahasa dan budaya Banjar pun terlibat dalam perbincangan sore itu. Menurut Khairiadi Asa, saat ini banyak lagu Banjar yang justru salah tulis, tak lagi sesuai kaidah bahasa yang benar.

“Ya, ketika generasi milenial menuliskan lagu Banjar, terkadang salah dalam penulisan. Hasilnya, begitu didengar penyebutannya pun menjadi salah dengar. Misalkan, lagu berjudul Kapal Gandengan Taksi, dalam liriknya ditulis kata bindira, yang benar adalah bendera,” kata mantan komisioner KPU Barito Kuala.

BACA : Bahasa Banjar Zaman Dulu dan Rumah Lanting Diusulkan ke Kemendikbud

Khairiadi Asa juga menyinggung soal lagu rakyat yang kesohor ‘Ampar-Ampar Pisang’, ditulis dalam lirik dua versi. Ada yang menulis dengan masak sebiji, ada pula menulis masak biji.

“Jadi, di sini, lirik sa-nya hilang, padahal kata sa itu menunjukkan bilangan. Seharusnya, liriknya masak sabiji,” kata Khairiadi Asa.

Soal aransemen atau alunan musik, hingga genre yang dipakai dalam mengiring lagu berbahasa Banjar tidak dipersoalkan Khairiadi Asa. Menurut dia, sebagai orang asli Banjar tentu akan bingung dengan lirik yang salah, tentu juga mengubah arti sesungguhnya.

BACA JUGA : Pemertahanan Bahasa Banjar Melalui Seni Pertunjukan

Bagi pemerhati budaya Banjar ini, mempopulerkan khazanah budaya Banjar lewat media lagu, tentu patut diapresiasi. Hanya saja, Khairiadi Asa mengingatkan agar tetap menggunakan pakem yang baku, karena bahasa Banjar merupakan identitas yang harus dijaga dan dilestarikan.

“Apalagi, Kalimantan akan menjadi ibukota negara yang baru menggantikan Jakarta. Bahasa Banjar harus kita kawal, jangan sampai nanti seperti bahasa Betawi di Jakarta, dengan sebutan gue, lu dan lainnya. Bagaimana pun, bahasa Banjar akan membudaya nanti di ibukota baru,” katanya.

Budayawan yang juga akademisi FISIP Universitas Lambung Mangkurat, Taufik Arbain mengungkapkan kesepakatan bersama menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia tetap dijunjung, karena dibangun dari keragaman identitas etnik yang ada.

“Nah, bahasa merupakan salah satu identitas etnik yang ada di Indoensia. Termasuk, bahasa Banjar, sehingga sudah sepatutnya sebagai generasi orang Banjar menjaga dan melestarikannya,” tegas doktor jebolan UGM Yogyakarta ini.

BACA LAGI : Hikayat Sang Penyusun Kamus Bahasa Banjar, Prof Djebar Hapip

Taufik juga menginginkan agar kalangan jurnalis bisa mengkomunikasikan kepada kelompok atau aktor-aktor pengambil kebijakan di daerah untuk terus merawat keberadaan bahasa Banjar.

“Nantinya, di Bandara Internasional Syamsudin Noor, bisa dipakai bahasa Banjar untuk memanggil penumpang, di samping bahasa Indonesia dan Inggris,” kata Taufik.

Di tengah arus deras generasi milenial era revolusi industri 4.0 ini, Taufik berpesan agar terus memperkuat agar penutur bahasa Banjar tetap eksis.

BACA LAGI : Walau Tak Punya Aksara, Bahasa Banjar Kaya dengan Karya Sastra

Respon diskusi pinggiran ini pun sangat beragam. Masing-masing peserta diskusi pun mengutarakan argumennya. Ini karena, bahasa Banjar sendiri hanya mengenal tiga vokal dan 18 konsonan terutama di penutur bahasa Banjar Hulu. Sedangkan, dalam ilmu linguistik (bahasa), bahasa Indonesia memiliki 6 buah vokal dan 22 konsonan, bahasa Arab punya 3 vokal pendek dan 3 vokal panjang dan 28 konsonan. Sedangkan, bahasa Inggris lebh banyak 16 vokal (termasuk diftong) dan 24 konsonan.

Menariknya, diskusi lanjutan membahas soal bahasa Banjar direncanakan berlanjut lagi di Rumah Alam yang dikelola Kepala Perwakilan Ombudsman Kalsel Noorhalis Majid dan diskusi ketiga di Kampung Banjarmasin.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/12/13/banyak-lirik-lagu-banjar-masih-salah-dalam-penulisannya/
Penulis Asyikin
Editor DidI GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.