LK3, FKUB, dan Vihara Dhammasoka Gelar Refleksi HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI

0

INDONESIA beragam dari berbagai sisi. Agama merupakan aktor pemersatu. Tidak pernah ada perang agama yang panjang di Indonesia, karena itu para pengamat asing menyatakan Indonesia itu mukjijat.

 

KARENA pengalaman orang barat, sulit menyatukan bangsa yang berbeda seperti Indonesia ini,” kata Prof Azyumardi Azra pada Refleksi HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di Vihara Dhammasoka, Banjarmasin, Jumat (16/8/2019).

Menurutnya, sulit mencari negara muslim seperti Indonesia, yang beragam suku dan budayanya, bisa hidup aman damai dan sejahtera. Negara ini luas. Membentang, jaraknya itu sama antara Teheran hingga Inggris. Menggambarkan bahwa Indonesia ini negara besar.

“Kita beruntung memiliki Pancasila sebagai dasar negara. Dia sesuai dengan prinsip-prinsip universal agama. Bersahabat dengan paham semua agama. Negara lain tidak memiliki dasar negara seperti Indonesia, menyebabkan mereka sering berkelahi karena alasan perbedaan,” katanya.

Sekarang, lanjutnya, ada yang ingin mengganti pancasila menjadi daulah islamiah atau khilafah. Diperkuat dengan narasi-narasi yang membuat orang percaya dengan berbagai isu yang dibungkus agama.

Ia mengatakan, lenting dialog intra agama, karena tafsir agama tidak tunggal. Setelah itu dilanjutkan dialog antar agama. Kemudian dilanjutkan dialog antar agama dengan pemerintah. Karena peran pemerintah sangat penting.

BACA : Dialog Memperkokoh Hubungan Antar Agama dan Peradaban Bangsa

Indonesia satu-satunya negara di dunia yang merayakan hari besar keagamaannya. Semua agama yang diakui, hari rayanya dirayakan. Negara lain tidak melakukan itu.

“Cara mensyukuri kemerdekaan adalah dengan menjaganya, mengamalkan Pancasila. Jangan melakukan pengrusakan. Kalau kita mampu menjaganya, diusianya ke-100, kita akan menjadi negara yang sejahtera,” kata Prof Azyumardi Azra.

Dipandu oleh Drs Ilham Masykurie Hamdie, sekretaris FKUB Kalsel, acara juga diisi dengan dialog. Sejumlah pertanyaan menyangkut pendirian rumah ibadah yang masih mendapat penolakan, maksud dari Islam sebagai pemersatu, cara memberikan penyadaran kepada masyarakat yang lebih luas dan soal perlindungan kelompok minoritas.

Setelah dialog, acara diakhiri dengan berbagi kebahagiaan antara umat antar agama dengan para legiun veteran dan anak panti serta anak miskin, sejumlah bingkisan disiapkan untuk berbagi kebahagiaan.

“Acara refleksi ini diselelenggarakan setiap tahun, kerjasama LK3, FKUB Kalsel, dan Vihara Dhammasoka dalam rangka silaturrahmi dan memperkuat hubungan antar agama, serta mensyukuri kemerdekaan,” kata panitia kegiatan Noorhalis Majid.(jejakrekam)

Penulis Andi Oktaviani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.