MENYONGSONG laga kandang hidup mati bertajuk Derby Kalimantan antara Barito Putera versus Kalteng Putera di Stadion 17 Mei Banjarmasin, Sabtu (22/6/2019), tim Laskar Antasari diterpa kabar duka.
MANTAN arsitek Barito Putera media 2001-2002, Tumpak Uli Sihite menghembuskan nafas terakhir di usia 77 tahun akibat serangan jantung, Kamis (20/6/2019) di Jakarta.
Kepergian Tumpak Sihite meninggalkan duka bagi dunia sepakbola nasional. Namun, pemain legendaris PSMS Medan itu juga membawa duka mendalam bagi keluarga besar Barito Putera. Salah satu yang merasa kehilangan adalah mantan anak asuhnya di Barito, Isnan Ali.
“Beliau sangat dekat dengat pemain, itulah yang membuat saya merasa sangat kehilangan. Beliau bukan saja sebagai pelatih, tapi sudah seperti orang tua bagi saya,” kenang Isnan Ali kepada awak media di Banjarmasin, Jumat (21/6/2019).
BACA : Bentrok dengan Persebaya Tertunda, Barito Putera Harus Jalani Tiga LagaTandang
Selama Tumpak Uli Sihite melatih tim laskar antasari, Isnan mengungkapkan kenangan yang paling berkesan saat ditunjuk sebagai kapten tim pada 2001 lalu. Uniknya, pemilihan kapten saat itu menggunakan sistem vote, dan digagas langsung oleh almarhum Tumpak Sihite.
“Beliau menujuk saya sebagai kapten Barito Putera pada saat itu. Beliau meminta voting dari semua pemain, dan mayoritas pemain memilih saya,” ucap Pelatih Martapura FC ini.
BACA JUGA : Supporter Nyalakan Flare, Barito Putera Didenda Komdis PSSI Rp 50 Juta
Selama berada di bawah komando Tumpak Sihite, Barito Putera mencatat prestasi gemilang, karena lolos ke babak 8 besar Liga Indonesia. Isnan mengaku dirinya banyak menyerap ilmu dari almarhum Tumpak Sihite.
“Banyak hal yang diajarkan oleh beliau sebagai pelatih kala itu. Barito juga pada saat itu tidak pernah kalah di kandang, dan kami berhasil lolos ke babak 8 besar yang digelar di Padang,” pungkas Isnan Ali.(jejakrekam)