Naik 300 Persen, BI Dorong e-Commerce di Kalsel

0

BANK Indonesia terus mendorong pengembangan e-commerce atau perdagangan elektronik di Kalimantan Selatan. Ini dipicu adanya kenaikan transaksi sebesar 300 persen pada 2018, dibanding tahun 2017.

“KENAIKAN transaksi e-commerce dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi Kalsel, karena dapat terus menjaga kepercayaan dan ketepatan pengiriman,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalsel, Herwanto kepada wartawan di Banjarmasin, Senin, (3/12/2018)

Berdasarkan data BI Kalsel, beber dia, memperlihatkan kenaikan jumlah nominal transaksi e-commerce atau perdagangan elektronik secara year on year atau dari tahun ke tahun, dari hanya sebesar 164 persen pada tahun 2017, mengalami lonjakan hingga 300 persen di tahun 2018.

E-commerce tersebut didominasi perdagangan handphone (HP) dan aksesoris sebesar 21 persen, barang fashion 16 persen, otomotif 10 persen serta komputer dan aksesorisnya sebesar 9 persen.

BACA : Bank Indonesia Gelar Donasi Amal, Dua Lagu Paman Birin Dilego Rp 41 Juta

Atas dasar itu, menurut Herwanto, BI menilai e-commerce terus berdampak luas, sehingga pemerintah provinsi dan kabupaten harus memberikan dukungan agar produk unggulan lokal masuk dalam situs atau jalur e-commerce.  “Dengan begitu, BI mendorong agar kondisi positif ini terus dijaga,” ucapnya.

Menurut Herwanto, ada tujuh  kebijakan srategis yang ditempuh  Bank Indonesa pada tahun 2019 mendatang. Yakni, pertama berupa kebijakan moneter akan tetap difokuskan pada stabilitas, khususnya pengendalian inflasi sesuai sasaran 3,5+1 persen dan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya.

BACA JUGA : Promosikan Produk UMKM, BNI Siapkan Pasarkan di e-Commerce

Kemudian kedua, kebijakan makroprudensial yang akomodatif akan ditempuh untuk mendorong intermediasi perbankan dalam pembiayaan ekonomi. Termasuk, untuk menjaga ketahanan sistem keuangan dengan memperkuat surveilans terhadap bank-bank besar dan korporasi yang sistemik.

Ketiga, kebijakan sistem pembayaran akan terus dikembangkan untuk kelancaran, efisiensi, dan keamanan transaksi pembayaran nontunai maupun tunai, termasuk dalam mendukung ekonomi dan keuangan digital.

Keempat, akselerasi pendalaman pasar keuangan terus didorong untuk mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi secara lebih luas serta terus berpartisipasi aktif dalam inovasi berbagai instrumen pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur ke depan.

Kelima, mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, baik melalui program-program Bank Indonesia maupun sebagai bagian program Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).

BACA LAGI : Ekonomi Digital sebagai Saluran Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Keenam, perluasan pengembangan UMKM dengan fokus pada pengendalian inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan.  Ketujuh, kebijakan internasional diarahkan untuk memperkuat persepsi positif terhadap Indonesia dan berperan aktif dalam perumusan kebijakan di berbagai lembaga internasional.

Herwanto memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diperkirakan tetap meningkat hingga mencapai kisaran 5,0-5,4 persen. Sedangkan, inflasi 2019 tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5+1 persen dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile foods dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar rupiah, termaktub dalam hasil pertemuan tahunan Bank Indonesia (PTBI)

“Sedangkan Defisit transaksi berjalan 2019, akan  turun menjadi sekitar 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) dengan langkah-langkah pengendalian impor serta peningkatan ekspor dan pariwisata,” papar Herwanto.

Masih menurut dia, fungsi  intermediasi perbankan dan pembiayaan ekonomi dari pasar modal akan terus meningkat.  Lalu, kata dia lagi, sektor pertumbuhan kredit pada 2019 diperkirakan mencapai 10-12 persen, sementara pertumbuhan DPK perbankan mencapai 8-10 persen dengan kecukupan likuiditas yang terjaga.

“Dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi 2024 diproyeksikan akan lebih tinggi lagi yaitu mencapai kisaran 5,5-6,1 persen dan defisit transaksi berjalan akan menurun di bawah 2 persen dari PDB,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Ipik Gandamana
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.