Waswas

0

Oleh : Almin Hatta

INI SEBENARNYA peristiwa beberapa tahun silam, namun masih relavan direnungi hingga sekarang bahkan hingga kapan pun selama masih ada manusia yang mengarungi kehidupan.

HARI itu pagi-pagi sekali koran sudah bertebaran di perempatan jalan, di pasar, di hotel, di terminal, di bandar udara, dan tentu saja di warung-warung pinggir jalan. Salah satu berita yang disajikannya adalah: BBM Kembali Langka!

Demi membaca berita tersebut, segenap orang tersentak. Terpana sejenak, lalu ramai-ramai menyerbu SPBU. Maka, dalam waktu singkat pengunjung SPBU membludak. Antrean mamanjang sampai memacetkan jalan. Semuanya berwajah tegang, seakan siap menerkam siapa saja yang coba-coba menyerobat antrean. Keramahan manusia dalam seketika berubah menjadi kebuasan binatang jalang.

BACA : Beratnya Amanah Kehidupan

Begitulah manusia, gampang sekali terpengaruh keadaan. Orang miskin yang mendadak kaya bisa seketika berubah menjadi penguasa dan bertindak semena-mena. Orang kaya yang mendadak papa bisa seketika berubah menjadi peminta-minta atau bahkan perampok durjana.

Kelangkaan BBM rupanya teramat menakutkan. Tanpa keberadaan BBM seolah-olah kehidupan tak bisa berjalan. Tanpa keberadaan BBM seolah-olah dapat menghentikan aktivitas semua orang. Ketiadaan BBM bahkan sepertinya lebih gawat ketimbang kosongnya beras di pasar dan warung bahan makanan.

Kenapa bisa demikian? Kenapa orang bisa sedemikian dicekam ketakutan akan kehilangan BBM yang notabene tak lebih dari sekadar penggerak motor kendaraaan? Bukankah dulu sekali orang cuma berjalan kaki dari desa yang satu ke desa lainnya? Bukankah dulu orang cuma naik sepeda yang hanya mengandalkan tenaga kaki untuk pergi dari dusun ke sebuah kota? Bukankah kelangkaan BBM sifatnya sementara saja, sebab seiring dengan itu selalu ada pengusaha yang siap mendatangkannya? Bukankah setiap kegentingan selalu menyediakan satu ruang untuk meraih keuntungan bagi orang yang pandai membaca peluang, terutama bagi orang yang memang suka mengais keuntungan di balik kesempitan. Bukankah selalu ada orang yang ngakak tertawa di balik sekian banyak orang yang didera derita?       

BACA JUGA : Pedang Waktu

Tapi tak cuma kelangkaan BBM yang bisa membuat semua orang dalam seketika berubah menjadi massa dengan ketakutan yang sama. Naiknya permukaan air laut atau permukaan sungai lebih tinggi dari biasanya misalnya, sudah cukup untuk memacu jantung setiap orang menuju ke ketakutan. Juga amuk massa yang cuma ratusan orang dapat mendatangkan ketakutan bagi orang sekecamatan. Bahkan, kabar-kabur tentang hantu gentayang pun bisa membuat orang sekampung tak bisa tidur semalaman.

Begitulah, kehidupan belakangan ini selalu dicekam ketakutan yang berlebihan. Kenapa bisa demikian? Sulit menjawabnya. Tapi ada yang begitu kentara. Yakni, kita sekarang hidup dalam rasa waswas yang berlebihan. Kita misalnya selalu dihantui kekhawatiran bahwa BBM suatu hari nanti benar-benar tak ada, padahal kita sudah menggunakannya beratus tahun lamanya dan BBM selalu saja tetap tersedia. Kita misalnya khawatir tsunami datang melanda, padahal gelombang pasang teramat dahsyat itu hanya bisa digerakkan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang kita semua tak mungkin dapat menolaknya.

BACA LAGI : Segelas Air

Begitulah, rasa waswas belakangan ini selalu menyertai hidup kita kapan dan di mana saja. Kita selalu dihantui oleh kekhawatiran akan kekurangan kebutuhan untuk meneruskan kehidupan.

Padahal, kelangkaan BBM atau bahkan kelangkaan beras sekali pun, selalu ada jalan keluarnya. Lebih dari itu semua, kita sebenarnya dari dulu sampai sekarang, dan bahkan sampai kapan pun, selalu dalam kekurangan. Tak ada seorang pun yang pernah merasa berkecukupan, kecuali mereka yang sudah benar-benar mengerti makna kehidupan. Yakni mereka yang tak pernah merasa waswas, sebab sepenuhnya berserah diri kepada Sang Penguasa Alam.(jejakrekam)       

Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.