Bermodal Alat Musik Rakitan, Mengais Rupiah ala Seniman Jalanan Banjarmasin

0

KREATIVITAS pengamen di Banjarmasin makin tinggi. Tak hanya menyambangi satu warung ke warung lainnya, pusat keramaian yang jadi incaran seniman jalanan untuk mengais rezeki. Mereka pun berevolusi tak sekadar bermodal gitar angin, kini ditambah dengan pelantang suara.

PEMANDANGAN menarik ini terlihat di perempatan Jalan Sutoyo S-Jalan Jafri Zamzam, Banjarmasin, Jumat (3/8/2018) malam. Beranggotakan tiga personel, Misran sang penabuh drum dan Andre, pemetik gitar. Sedangkan, Sulaiman bertugas membawa kantong kresek untuk meminta derma para pengguna jalan yang cukup padat di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan itu.

Setiap lampu merah, Misran dan kawan-kawan beraksi. Mereka memainkan berbagai macam aliran musik untuk menghibur para pengguna jalan, saat menunggu lampu hijau. Dengan aransemen populer, lagu-lagu Banjar pun cukup merdu dinyanyikan Andre.

Terdengar lagu Pangeran Samudera karya maestro musik Banjar, Anang Ardiansyah seperti menjadi menu wajib dalam mengamen di tepi jalan.

“Setidaknya, kami bisa menghibur pengguna jalan di kawasan ini. Dengan mendengarkan musik, mereka tak begitu bosan menunggu di traffic light Sutoyo S,” kata Misran kepada jejakrekam.com, Jumat (3/8/2018) malam.

Beratraksi alat musik rakitan, gitar angin didesain layaknya gitar listrik dengan instrumen layaknya sebuah band. Tabuhan drum sederhana pun membahana memecah kebisingan jalan. Andre dan Misran pun menunggu di trotoar Jalan S Parman, dekat kawasan Tower PDAM Bandarmasih, Teluk Dalam Banjarmasin.

“Alhamdulillah, dari hasil mengamen ini, bisa bawa uang ratusan ribu. Kami bagi rata bertiga untuk biaya hidup sehari-hari,” ucap Misran.

Menurutnya, dengan cara mengamen seperti ini lebih terhormat, dibandingkan harus menyambangi satu warung makan ke depot lainnya. Warga Pasar Pagi, Kelayan ini mengakui tetap waspada, kalau datang mendadak petugas Satpol PP Kota Banjarmasin.

“Memang, kami pernah terjaring razia Satpol PP. Pernah alat musik kami disita, tapi mau apalagi, mencari rezeki yang halal dengan kebiasaan seperti ini,” ujar Misran.

Ia mengakui bunya hanya kelompok yang mengamen dengan alat musik rakitan dan sound system ala kadarnya. Adapula kelompok lain yang kebetulan berada di seberang Jalan Sutoyo S. “Mereka anak muda dari Kelayan. Tapi, kami saling mengenal antar pengamen,” ucap Misran.

Usai mendapat pecahan rupiah, Misran dan kelompoknya meminggir. Mereka duduk sembari menghitung penghasilan tiap malam di depan warung sate. Misran pun bersyukur ternyata kepekaan sosial warga Banjarmasin masih tinggi. Terbukti, dari uang yang diraih hampir setiap malam, cukup untuk memenuhi dapur agar tetap mengepul.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.