Jembatan Gantung Sungai Martapura, Baiknya Dikaji Lagi

0

PEMKOT Banjarmasin sepertinya ingin jor-joran mempermak wajah pusat kota yang berada di tepian Sungai Martapura. Usai membangun dermaga apung bernilai Rp 3,4 miliar, kini kawasan Siring Tendean dengan Siring Sudirman ingin dihubungkan lewat sebuah jembatan penyeberangan bermodel gantung baja bagi pejalan kaki.

AKTIVITAS permulaan pembangunan jembatan penyeberangan orang ini sudah terlihat dengan pengeboran untuk mendapat tanah yang keras sebagai pondasi jembatan di Jalan Jenderal Sudirman, dekat Hotel Batung Batulis, Selasa (21/11/2017).

Pantauan jejakrekam.com di lapangan, terlihat beberapa pekerja tengah sibuk memasang alat boring untuk mengambil sampel tanah keras untuk pemasangan tiang pancang. Mereka mengungkapkan sudah bekerja selama tiga hari.

“Sudah tiga hari kami melakukan pengeboran tanah untuk mendapat data kondisi tanah di tepian Sungai Martapura ini. Mungkin, sekitar dua hari lagi akan selesai. Sedangkan, bagian seberang di kawasan Menara Pandang sudah kami kerjakan, selama empat hari yang lalu dengan kedalaman pengeboran 50 meter,” ucap Abdurrahmi, kepada jejakrekam.com, Selasa (21/11/2017).

Adanya rencana pembangunan jembatan penyeberangan orang justru dinilai pengamat tata kota, Nanda Febriyan Pratamajaya harus dikuatkan dengan studi kelayakan. “Patut dipertanyakan untuk apa jembatan penyeberangan, jika nantinya justru mempengaruhi areal sekitar wisata susur Sungai Martapura ini,” ucap Nanda Febryan Pramatajaya.

Planolog jebolan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini mengaku sudah lama mendengar rencana Pemkot Banjarmasin untuk membangun jembatan gantung kabel baja untuk penyeberangan para pejalan kaki dari Siring Tendean menuju Siring Sudirman atau sebaliknya. “Saya menyarankan alangkah baiknya jika pembangunan kota ini jangan terpusat di kawasan tepian Menara Pandang dan sekitarnya. Nanti, patut dikritisi, apakah keberadaan jembatan gantung itu bisa menambah nilai jual dan nilai tambah bagi pengembangan wisata Sungai Martapura,” cecarnya.

Menurut Nanda, sepatutnya Pemkot Banjarmasin ketika hendak menggalakkan wisata susur sungai yang jadi andalan, bisa berimplikasi pada peningkatan perekonomian masyarakat. “Selama ini, wisata susur sungai itu sangat pendek rutenya. Dari Jembatan Antasari hingga Jembatan Pasar Lama, lantas apa yang didapat para pengunjung?  Ujung-ujungnya hanya untuk swafoto, selesai. Tak ada dampaknya bagi masyarakat sekitar Sungai Martapura,” tuturnya.

Intelektual muda yang tergabung dalam Jimka Kalsel ini berharap Pemkot Banjarmasin bisa membuka akses bagi warga di Kelurahan Sungai Baru dengan kampung ketupatnya, serta Kampung Sasirangan, sehingga ketika ada kunjungan wisatawan lokal, domestik hingga internasional bisa membelanjakan uangnya. “Inti dari bisnis wisata itu adalah belanja. Bagaimana para wisatawan itu berbelanja seperti membeli ketupat sekaligus makan sate, soto Banjar dan lainnya di Kampung Ketupat Sungai Baru. Atau, berbelanja kain atau busana di Kampung Sasiringan (Kelurahan Seberang Masjid),” tuturnya.

Ketua DPP Intakindo Kalsel ini mengungkapkan jika selama ini Pemkot Banjarmasin hanya mengandalkan wisata sungai sungai dengan titik sentral di Pasar Terapung Tendean, Menara Pandang dan lainnya justru akan membuat para pengunjung menjadi bosan. “Daripada membangun jembatan orang yang belum terukur nilai tambah dan nilai jualnya, lebih baik membuka akses transportasi sungai ke daerah lain atau spot baru wisata sungai Banjarmasin. Itu jauh lebih membangkitkan perekonomian kota,” ucap Nanda.

Sayangnya, jejakrekam.com hendak mengkonfirmasi masalah itu, Kepala Dinas PUPR Kota Banjarmasin Gusti Ridwan Sofyani tak bisa dihubungi. Telepon genggamnya tak aktif. Saat didatangi ke Kantor Dinas PUPR Banjarmasin di Jalan Hasan Basry, yang bersangkutan tak berada di tempat.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Asyikin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.