Diskusi Akhir Tahun, Isu Dinamika Lingkungan Hidup, Pasang Surut Aktivis Hingga Respon Antar Generasi

0

PERSOALAN lingkungan hidup harus dikulik hingga ke akarnya bukan di permukaan saja. Apalagi para aktivis lingkungan hidup, khususnya di Kalimantan Selatan saat ini dinilai pasang surut.

DALAM Diskusi Akhir Tahun yang diselenggarakan di Kevin Cafe Banjarbaru, pada Minggu (31/12/2023), Antropolog ULM Setia Budhi mengatakan, gerakan peduli lingkungan hidup di Kalimantan Selatan mengalami pasang surut berdasarkan isu yang mencuat.

“Kalau kita membaca peduli lingkungan hidup berarti kita harus lihat siapa pemain dan pelaku di isu peduli lingkungan. Misalnya saja yang bergerak di mapala, Walhi, lembaga adat, atau ormawa maupun NGO lain yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Ketika ada peristiwa besar kaya (seperti) banjir kemarin, melihat teman-teman peduli lingkungan hidup bergerak temporer atau spontan dan satu waktu tertentu sesudah itu berhenti,” ucapnya.

BACA: Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Bidang Lingkungan dan SDA dalam Perspektif Hukum Administrasi

Atas fenomena tersebut, Budhi menilai pertahanan sudah jebol karena semestinya harus dikulik lagi hingga ke akar masalahnya. “Karena gerakannya temporer, tidak terorganisir. Hanya ketika ada peristiwa tertentu baru naik, tapi begitu selesai malah meredup. Padahal isu lingkungan hidup tak bisa berhenti apalagi masalah pencemaran lingkungan,” tegasnya.

Tidak hanya itu, Kaprodi Sosiologi FISIP ULM itu menilai ada tiga poin pasang surut aktivis lingkungan hidup Kalsel. Pertama adalah pertahanan yang sudah jebol, kedua soal kebijakan, dan yang ketiga adalah gerakan yang tidak terorganisir.

“Saya juga menyadari ada terjadi kesenjangan antara Gen Z dengan generasi sebelumnya dalam pergerakan peduli lingkungan hidup. Karena itu kaderisasi harus dilakukan. Ini menjadi masalah bersama karena melemahnya kaderisasi. Mungkin karena terlalu sibuk dengan media sosial sehingga lupa dengan kehidupan masyarakat,” jelasnya.

Menyikapi hal itu, Budhi menerangkan supaya kesenjangan tak terlalu jauh,  perlu mengikuti pelatihan, kemudian merekrut teman-teman peduli lingkungan dan membuat program peduli lingkungan agar terus berkelanjutan.

BACA JUGA: Ajukan RUU Sistem Pengelolaan SDA, Aktivis Masyarakat Sipil Kalsel Soroti Peran Senator DPD

Sementara itu Abdani Sholihin aktivis LK3 mengatakan, pasang surut aktivis lingkungan hidup itu biasanya berdasarkan isu. “Ketika bicara save meratus para aktivis mencuat. Apalagi sekarang zamannya berubah, orang sudah bisa menjadi aktivis dengan eksistensinya sendiri. Misalnya saja para pendemo, seringkali mereka ikut, mengetahui isunya, tetapi tidak mendalami lebih dalam,” tuturnya.

Adapun jurnalis senior Budi Dayak Kurniawan mengatakan, persoalan lingkungan itu merupakan pengetahuan bersama. Yang mana setiap generasi punya cara memahami persoalan masing-masing dan di zaman sekarang ternyata narasi lama berjarak dengan mereka.

“Generasi sekarang rasa ingin tahu pun berbeda. Kalau yang gen Z ini cukup sekadar tahu akan isu tersebut. Sementara kalau generasi sebelumnya mereka mencari tahu lebih dalam. Padahal dampak lingkungan itu sebenarnya berdampak ke semua lingkup. Harusnya semua orang peduli lingkungan,” jelasnya.

BACA LAGI: Geber Banua Green, Walhi Kalsel Bangkitkan Kesadaran Publik Jaga Lingkungan dan Budaya Lokal

Budi Dayak mencontohkan seperti bahaya plastik, yang mana sekarang hampir semua peralatan memakai plastik. “Kalau saja dilakukan 100 ribu orang perhari mencoba untuk diet plastik guna mengurangi plastik yang menggunung. Karena melakukan sesuatu yang mudah dilakukan, generasi selanjutnya bisa memahami akan lingkungan itu ibaratnya itu “luka dibumi ini milik sama-sama”,” sebutnya.

Lebih lanjut, Budi Dayak mengatakan pekerjaan rumah besar para aktivis itu memudahkan orang untuk memahami isunya. Sehingga pesan soal lingkungan sampai ke pembaca dan memahaminya bahwa ternyata soal lingkungan itu merupakan permasalahan bersama.

“Sebagai seorang jurnalis kita harus intropeksi dengan tetap mengagendakan isu lingkungan menjadi perjuangan kita bersama-bersama. Di balik ributnya proyeksi agenda sendiri liput soal lingkungan. Itu akan mengkampanyekan soal lingkungan karena itu merupakan persoalan bersama,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis sheilla farazela
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.