Menemukan Keajaiban Di Geopark Meratus, Pertambangan Batubara Tertua Peninggalan Belanda Dijadikan Situs

0

GEOPARK pegunungan Meratus adalah sebuah bentang alam di Kalimantan Selatan yang berstatus Geopark Nasional, dan memiliki 67 geosite yang tersebar di 10 kabupaten/kota.

BENTANG alam ini banyak menyimpan potensi-potensi pariwisata yang belum dikembangkan. Padahal, potensi-potensi wisata di bentang alam Geopark Meratus tersebut dapat menjadi destinasi wisata unggulan Kalimantan Selatan, dan unique selling point tersendiri dengan keanekaragaman jenis wisatanya.

Melalui program Pers Goes To Meratus Geopark, ‘Menemukan Keajaiban Di Geopark Meratus’, yang di inisiasi oleh Badan Pengelola Geopark Meratus Provinsi Kalimantan Selatan, diharapkan bisa menggali keunikan dan potensi titik destinasi-destinasi pariwisata di sepanjang landscape Geopark Meratus.

BACA: Dorong Geopark Meratus Jadi Geopark Global, BPGM Kalsel Ajak Awak Media Kunjungi Sejumlah Situs

“Dengan dilaksanakannya Pers Goes to Meratus Geopark ini, kami ingin memberi gambaran lengkap tentang bagaimana indahnya bentang alam Geopark Meratus yang dipenuhi dengan potensi-potensi destinasi pariwisata yang eksotis,” ungkap Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Meratus Arief Nugroho.

Arief menjelaskan, di Tahun 2023 ini, Geopark Meratus akan mengajukan ke UNESCO untuk menjadi Global Geopark, dengan tema “The Soul Of Borneo’. “Seluas 3.645,01 km², dan terdiri dari 4 rute perjalanan, dengan total 54 situs yang mempresentasikan keragaman geologi, hayati dan budaya Kalimantan Selatan,” ujarnya.

Arief menjelaskan, empat rute perjalanan yang dimaksud yakni, rute Barat mempunyai panjang rute sekitar 85 km dan sembilan situs. Tema perjalanan pada Rute Barat adalah Pesona Pasar Terapung Lok Baintan menyapa pagi. Museum Wasaka, Kampung Tradisional Sasirangan, Galeri Terapung Sasirangan, Rumah Adat Tradisional Banjar, Pulau Kembang, Pembuatan Kapal Tradisional Sewangi, Pemandangan Tongkang Batu Bara, serta Konservasi Bekantan Curiak.

Rute Utara, mempunyai panjang rute sekitar 188,15 kilometer dan memiliki 14 situs. Rute Utara ini adalah mengikuti Suara Angin Menuju Keajaiban Dayak Meratus, yang artinya ikutilah ke mana arah daun bergoyang tertiup angin.

Situs di rute ini adalah Rumah Adat Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku, Singkapan Batubara Formasi Tanjung, Sejarah Tambang Oranje Nassau, Goa Batu Hapu, Desa Kalayangan Dandang Dengung, Masjid Keramat.

Ada Sentra Dodol Kandangan, Balai Adat Malaris, Arum Jeram Rakit Bambu, Pemandangan Bukit Kantawan, Air Terjun Kilat Api, Mata Air Panas Tanuhi, Pemandangan Bukit Langara, dan Tebing Batugamping Batu Laki.

BACA JUGA: Bagian dari Paru-Paru Dunia, DPRD Kalsel Ingin Unesco Akui Geopark Meratus Sebagai Geopark Global

Rute Timur , Rute ini memiliki panjang rute sekitar 68,68 km dan 17 situs. Perjalanan pada rute ini adalah pelayaran mengesankan menembus sejarah bumi dan manusia, yang artinya Bukit Matang Kaladan ibarat menara pandang untuk menikmati hamparan danau buatan.

Adapun situs di rute ini yaitu Batu Sekis Sei Kambang, Matang Kaladan Panoramic, Bendungan Riam Kanan, Jejak Longsoran Bukit Tiwingan, Perikanan Danau Riam Kanan, Rumah Panggung Tebing Danau, Pulau Ulin. Lalu ada Gunung Api Purba Bawah Laut, Pulau Bekantan, Pulau Pinus, Situs Arkeologi Pulau Sirang, Pohon Saksi Bisu Ba’ah, Desa Belangian, Hutan Hujan Tropis Kahung, Makam Keramat Tenggelam, Pemukiman yang Ditenggelamkan, serta Batupasir Pembawa Intan.

Rute Selatan mempunyai panjang rute sekitar 67,44 km dan 14 situs. Tema perjalanan pada rute ini adalah sebuah kilau perjalanan dari hutan hujan tropis menuju intan, yang artinya hutan tropis memberi nyawa pada Meratus.

Situs pada rute ini adalah Taman Hutan Hujan Tropika, Pembuatan Tradisional Purun, Kampung Jamu dan Obat Tradisional, Museum Lambung Mangkurat, Pusat Informasi Geopark, Taman Konservasi Anggrek, 16 Habituasi Satwa Endemik.

Batu Kulit Ular, Masjid Bambu Kiram, Monumen Legenda Pangeran Suryanata, Penambangan Tradisional Intan Cempaka, Toko Sasirangan, Pesanggrahan Belanda Mandiangin Tahura Sultan Adam, serta Pemandangan Puncak Tahura Sultan Adam.

BACA JUGA: 54 Situs Warisan Budaya Kalsel Masuk Geopark Meratus

Dari 54 situs Geopark Meratus yang diusulkan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Lokasinya di Desa Lok Tunggal Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar.

Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) menetapkan Oranje Nassau, adalah situs pertambangan batubara tertua peninggalan bangsa Belanda, dan situs ini sebagai Situs yang ke 43.

Oranje Nassau merupakan tambang batubara milik pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-19, tepatnya pada 1849. Tambang ini masuk wilayah Krisidenan Kayutangi, Kesultanan Banjar pada waktu itu. Tambang ini merupakan tambang batubara tertua di Indonesia.

Menariknya, aktivitas tambang batubara Oranje Nassau dikerjakan dengan teknologi tinggi pada zamannya, yaitu sistem pertambangan bawah tanah (underground).

“Oranje Nassau sudah menggunakan teknologi maju saat itu, dengan sistem underground yang berbeda dengan tambang saat ini, yang mengandalkan tambang terbuka (open fit) sehingga sering mendapat sorotan dari sisi lingkungan,” tutur Arif Nugroho.

BACA LAGI: Benteng Oranje Nassau, Simbol Supremasi Belanda Pemicu Perang Banjar

Oranje Nassau terletak di Desa Lok Tunggul, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, berjarak 43 kilometer dari Kota Banjarbaru, ibu kota provinsi.

Peninggalan arkeologi ini juga terdaftar dalam situs cagar budaya. Meski terlihat kurang terawat, situs ini menampilkan peninggalan berupa fasilitas kegiatan penambangan batu bara seperti bangunan utama untuk menempatkan mesin, sumur lubang galian batu bara, lorong, terowongan hingga bekas roda besi.

“Sisa bangunan yang masih ada seperti lubang galian, bekas sumur putaran, tangga batu, bekas dermaga, struktur bangunan hingga pondasi benteng. Ini terhubung atau sambung kait dengan Sungai Riam Kiwa dan Manuapu, yang merupakan jalur pengangkutan batubara keluar daerah,” tuturnya.

Disebutkan, panjang terowongan tambang diperkirakan mencapai 5 kilometer, menembus bagian bawah sebuah bukit di sekitar lokasi tambang.

Oranje Nassau diperkirakan hanya beroperasi kurang dari 10 tahun, terhenti karena meletusnya Perang Banjar, yang dipimpin Demang Lehman. Sejak saat itu, tambang batubara ini tidak pernah dioperasikan lagi.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.