54 Situs Warisan Budaya Kalsel Masuk Geopark Meratus

0

SEBANYAK 54 situs warisan budaya yang tersebar di Kalimantan Selatan (Kalsel) dijadikan sebagai pariwisata berbasis kelestarian lingkungan yang termasuk dalam Geopark Meratus.

HAL itu dijelaskan langsung oleh Wakil Ketua Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) Kalimantan Selatan (Kalsel) Nurul Fajar Desira pada diskusi beberapa waktu lalu di Banjarbaru.

Fajar mengatakan pemerintah setempat menginginkan Geopark Meratus menjadi sumber pendapatan  masyarakat berbasis pariwisata dimana tidak selalu bergantung pada pertambangan, tetapi dapat beralih ke ekonomi hijau yang lebih ramah lingkungan seperti Geopark Meratus.

BACA : Ada-Ada Saja, Pemandangan Tongkang Batubara di Sungai Barito Masuk Geopark Meratus?

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat itu menyebutkan langkah untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwa sumber perekonomian utama tidak selalu tentang pertambangan batu bara saja, tetapi melalui pariwisata juga dapat membuka peluang besar berbagai sektor yang menjanjikan.

“Kita mengakui sumber pendapatan daerah mencapai 30 persen dari tambang batu bara, tetapi ini adalah komoditi yang tidak dapat diperbaharui sehingga harus ada solusi dan alternatif lain untuk menjamin kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.

Geopark Meratus yang memiliki empat rute perjalanan dengan total sebanyak 54 situs warisan budaya tersebut, ujar Fajar masyarakat akan dibina dan diberdayakan untuk mengembangkan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dapat diperdagangkan kepada para pengunjung Geopark Meratus dan juga mengelola berbagai objek wisata.

BACA JUGA : Bagian dari Paru-Paru Dunia, DPRD Kalsel Ingin Unesco Akui Geopark Meratus Sebagai Geopark Global

“Saat ini pemerintah daerah telah menjalin kerja sama dengan perbankan untuk mempermudah akses pendanaan para pelaku UMKM di seluruh wilayah 54 situs Geopark Meratus tersebut. Oktober kita serahkan berkas ke UNESCO untuk mengajukan Geopark Meratus agar ditetapkan sebagai Global Geopark,” ujar Fajar.

Adapun berdasar rekomendasi dari Komite Geopark Nasional Indonesia (KGNI), sejak 2018 Geopark Meratus sudah mendapatkan status sebagai Geopark Nasional sehingga Pemprov Kalsel melakukan berbagai upaya agar situs warisan budaya milik Kalsel tersebut mendapat pengakuan secara internasional.

“Selanjutnya berkas pengajuan Geopark Meratus tersebut nantinya diserahkan oleh KGNI secara langsung ke pihak UNESCO untuk dilakukan evaluasi terkait kelayakan dokumentasi, setelah dinyatakan layak maka pihak UNESCO berkunjung ke Kalsel melakukan validasi secara langsung pada April 2024 mendatang,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Ketua Harian BPGM Kalsel Hanifah Dwi Nirwana menyatakan meskipun jangka waktu terbilang tidak begitu lama lagi, pihaknya optimis Geopark Meratus akan berubah status dari Geopark Nasional menjadi Global Geopark.

BACA LAGI : Geopark Meratus Diusulkan Ke UNESCO

“Kalsel layak mendapatkan pengakuan dunia karena ke-54 situs yang dikemas dalam Geopark Meratus tersebut memiliki kekayaan warisan budaya yang sudah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan yakni memiliki warisan bumi yang bernilai tinggi dibuktikan dengan catatan sejumlah sejarah,” tutur Kepala Dinas LH Provinsi Kalsel itu.

Masih kata Hanifah, pembuktian catatan tersebut juga  terdapat keragaman geologi, keanekaragaman hayati, dan tentunya dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan.

“Yang paling terpenting adalah membangun dan membina masyarakat terkait pemahaman tentang sejarah serta budaya daerah demi keberlangsungan hidup mereka,” ujarnya.

Dalam rentan waktu tujuh bulan ke depan, Hanifah menyebutkan pemerintah daerah tengah fokus memperbaiki dan membangun segala akses dan fasilitas yang belum memadai agar Geopark Meratus layak untuk mendapatkan status Global Geopark dari UNESCO.

“Kita juga menjalin kerja sama dengan pihak ketiga serta menggencarkan promosi Geopark Meratus melalui berbagai kegiatan dan agenda di daerah hingga ke luar daerah dengan tujuan semakin dikenalnya 54 situs warisan budaya unggulan Kalimantan Selatan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Sheilla Farazela
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.