Sudah 3 Kali Dibedah, YS Agus Suseno Ingin Peribahasa Banjar Tetap Lestari

0

Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung. Itulah sebuah judul buku yang jadi karya perdana YS Agus Suseno, yang di dalamnya berisi berbagai peribahasa Banjar.

BUKU karya Agus Suseno ini pun kembali dibedah untuk yang ketiga kalinya. Bertempat di Meeting Room Banjarmasin Plaza Smart City, Menara Pandang, Jalan Piere Tandean, Sabtu (30/9/2023).

“Dengan ini sudah yang ketiga kalinya. Harapannya nilai budaya lokal, khususnya dalam kita bertutur bahasa Banjar ini bisa lebih dikenal dan diketahui luas,” ucap Agus Suseno kepada jejakrekam.com, Sabtu (30/9/2023).

Sebelumnya, buku ini pernah dibedah dan didiskusikan bersama di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari pada 18 September, dan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Banjarbaru, pada 25 September. “Alhamdulillah, aku senang ternyata masih banyak yang berkomitmen terhadap nilai-nilai budaya lokal,” ujarnya.

BACA: Menjaga Warisan bagi Generasi, 2 Buku Peribahasa Banjar Dibedah di UIN Antasari

Sabukuan Basa Banjar (seluruhnya berbahasa Banjar), begitulah bagaimana buku ini digambarkan secara singkat. Di dalam buku ini sebagian besar berisikan peribahasa Banjar asli, dengan menggunakan bahasa Banjar pada penulisannya baik dari awal hingga akhir.

Menurut Agus Suseno, inilah yang merupakan sebuah pembeda bukunya dengan buku peribahasa Banjar lain yang ada beredar saat ini, dan dirinya juga mengerjakan buku ini dengan waktu tidak sebentar.

“Di saat buku lain masih menggunakan bahasa Indonesia untuk menjelaskan sebuah peribahasa Banjar, di buku ini justru menggunakan bahasa Banjar untuk menjelaskan dan mengartikan peribahasa tersebut, dan ini tidak gampang untuk dilakukan,” jelasnya.

“Pengerjaannya ini lumayan lama, bahkan untuk memulai menyusun naskah saja dimulai sekitar tahun 2014 hingga 2016,” lanjutnya.

Di dalam buku ini Agus Suseno menjelaskan, dirinya menggunakan dialek bahasa Banjar Hulu dalam penulisannya, karena lebih terjaga kemurniannya daripada bahasa Banjar lainnya, seperti dialek Banjar Kuala salah satunya.

“Harapannya agar nilai-nilai serta kearifan lokal Banjar bisa lebih diketahui dan dapat diwariskan kepada generasi muda Banjar di Kalimantan Selatan,” tuturnya.

Dirinya mengatakan, tidak akan berhenti di karya ini saja, kedepannya ia juga segera merilis buku lainnya, yang nantinya akan berisikan kumpulan puisi-puisi berbahasa Banjar. “Mungkin nanti di bulan Oktober, bertepatan dengan Aruh Budaya Daerah,” tandasnya.

BACA JUGA: Bedah Buku Balaki Muntung, Eksistensi Bahasa Banjar Dan Kumpulan Peribahasa

Sementara itu Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin Hajriansyah mengaku senang, kegiatan bedah buku ini dapat kembali terlaksana, karena sosialisasi untuk buku ini bisa terus berjalan dan lebih luas lagi jangkauannya.

“Juga melihat betapa pentingnya buku ini untuk dimiliki masyarakat Banjar, sebab melihat pemuda Banjar yang hari ini untuk berbahasa Banjar yang benar itu susah,” ucapnya.

Paling tidak dengan hadirnya buku ini, bisa membantu baik itu para peneliti, dosen, guru maupun generasi muda yang ingin kembali ke tradisinya. “Paling tidak kembali menguasai bahasa Banjar lagi, secara baik dan benar,” tuturnya.

Dirinya juga berencana akan kembali melakukan kegiatan seperti ini, yang kali ini menyasar daerah-daerah lain dalam rangka mengenalkan nilai dan tradisi Banjar asli, melalui buku karya Agus Suseno ini.

“Yang pasti harapannya buku ini bisa tersebar luaskan lagi, bisa untuk bahan penelitian juga pedoman,” tandasnya.(jejakreram)

Penulis Fery
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.