Kota Lama, Menggumuli yang Ditinggalkan

0

Oleh: Noorhalis Majid

KALAU bukan karena segelintir orang – mungkin awalnya hanya dua atau tiga saja, yang berinisiatif merenovasi kota lama, pasti sampai sekarang masih menjadi bangunan kumuh tak berpenghuni, bahkan menjadi sarang problem sosial kota.

INISIATIF dari orang-orang hebat tersebutlah, kini bangunan yang sudah lama ditinggalkan, berubah menjadi tempat nongkrong anak muda paling keren. Tidak mudah menarik minat banyak orang untuk datang, apalagi menarik minat investor menanamkan modalnya, sebab kalau gagal risikonya rugi.

Pemerintah layak memberikan apresiasi pada para inisiator tersebut, caranya sederhana, sering-seringlah para pejabatnya nongkrong di sana atau berkegiatan, pasti akan terbentuk komunitas yang menghidupkannya.

Sandi Firly memotret suasana kota lama yang kembali pulih tersebut dalam salah satu lukisannya, dipamerkan di Rumah Alam Sungai Andai pada 14-19 Maret 2023. Dibuat pada sebuah kanvas berukuran 35X45 dengan cat acrylic pada tahun 2023.

BACA : Jual Wajah Jadul, Kucurkan Dana Rp 7,8 Miliar Demi Benahi Kota Lama Bandarmasih Tempo Doeloe

Kenapa lukisan ini dibuat, Sandi mengaku, awalnya karena kebingungan mencari obyek lukisan yang harus dibuat, sebab diberi target mesti lebih 30 lukisan. Akhirnya, jadilah sudut kota sebagai objeknya, dan kota lama menjadi salah satu pilihan.

BACA JUGA : Besok Diresmikan Wisata Kota Lama, Jalan Pos Disulap Jadi Bandarmasih Tempo Doeloe

Walau ukuran lukisan ini tidak besar, bahkan relatif kecil, tapi Sandi cukup detail menuangkannya. Goresan yang dibuatnya sangat jelas, berkarakter, hingga tergambar suasana kota lama dengan kelompok anak muda sedang nongkrong, dan yang lainnya berjalan di sepanjang lorong yang tidak terlalu besar.

BACA JUGA : MoU Kawasan Kota Lama Dan kampung Ketupat, Pulihkan Ekonomi Bersama Pengembang

Lukisan ini seperti menegaskan, bahwa seniman – salah satunya pelukis, juga dapat memberikan apresiasi atas upaya pembenahan tempat-tempat yang sebelumnya ditinggalkan. Kalau semua orang menggumulinya – turut memberikan apresiasi dengan berbagai cara yang bisa dilakukan – entah lukis, lagu, sastra, atau bentuk seni lainnya, maka segala yang sudah ditinggalkan, perlahan pulih dan hidup kembali.(jejakrekam)

Penulis adalah Penulis Buku Paribasa Banjar

Pembina Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.