Satu Abad NU, Belajar dari Ketulusan dan Keteguhan Para Muasis

0

Oleh : Dr Nasrullah AR, S.Pdi, SH, MH

UMUR satu abad Nahdlatul Ulama (NU) yang jatuh pada 7 Februari 2023 Miladiyah atau bertepatan dengan 16 Rajab 1444 Hijriyah, penuh catatan sejarah dan kaya pengalaman dalam menjaga itikad ahlusunnah wal jamaah (aswaja).

SEBAB, ormas Islam terbesar di negeri ini memiliki jejak sejarah dan pengalaman yang panjang dalam perjuangan keagamaan dan kebangsaan. Karena, NU sudah melalui semua rezim negeri ini, dari Orde Lama, Orde Baru hingga kini Orde Reformasi.

Perayaan resepsi Satu Abad NU dan haul jamak untuk para Muasis (pendiri), para pendahulu dan pejuang Nahdlatul Ualam dan bangsa Indonesia, jelas bagi kami warga Nahdliyin bukan acara seremonial belaka.

Namun, adalah sebuah upacara spiritual yang penuh kekhusyukan sebagai upaya bertakzim kepada para Muasis, agar generasi NU bisa mengambil pelajaran berharga bagaimana akhlak dari para pendiri ormas Islam ini yang dihiasi penuh ketulusan dalam berjuang.

BACA : Kantongi SHM, NU Berencana Bangun Gedung Representatif Di Jalan Hasanuddin Banjarmasin

Kondisi dan realitas sejarah perjuangan para Muasis untuk NU dan bangsa tanpa pamrih ini, kami hakkul yakin bahwa Rasulullah SAW, Muasis, pendahulu NU serta para wali Allah hadir. Sebab, acaranya disertakan bacaaan ayat-ayat suci Alquran, shalawat atas Nabi Muhammad SAW serta zikir-zikir sebagai tarikat agar terhubung lebih dekat kepada Allah SWT.

Jelas, hal ini penting bagi generasi penerus risalah Nahdlatul Ulama untuk merenung, bekerja keras guna mengisi abad kedua karena kesuksesan hari ini sama sekali bukan kerja kita melainkan kerja para muasis dan pendahulu. Mereka dengan susah payah dengan penuh cobaan dan rintangan pada masa lalu yang dihadapinya dengan teguh dan penuh ikhlas.

BACA JUGA : Polarisasi Warga Kalsel Kian Runcing, Tokoh NU Serukan Ulama NU Kembali ke Khittah

Kemudian, agar lebih khidmat dalam dalam rangka doa bersama resepsi Satu Abad Nahdlatul Ulama ini, mari kita nawaitukan bahwa kita hadir semata-mata karena Allah SWT. Ini agar memperoleh keberkahan sebagaimana perjuangan para Muasis yang tidak ada kepentingan apapun kecuali untuk berkhidmat kepada umat dan bangsa.

Guna mengakhiri tulusan ini, saya ingin menyampaikan ungkapan bijak yang menarik untuk kita renungkan. Yakni, barang siapa yang tidak bisa mengukir karya dan sejarah maka yajinlah dia pasti akan dilupakan.

BACA JUGA : Empat Serangkai Tanah Jawi yang Disegani Ulama Tanah Suci (1)

Oleh karena itu, mari kita berdoa seraya mengucapkan selamat Satu Abad Nahdlatul Ulama yang kita cintai. Kemudian dengan bertekad kita akan berkarya, bekerja keras untuk mengisi Abad Kedua seperti apa yang dilakukan oleh para Muasis dan pendahulu kita.(jejakrekam)

Penulis adalah Wakil Ketua PWNU Kalsel

Sekretaris Umum MUI Provinsi Kalsel

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.