Jangan Utamakan Popularitas, Ini Catatan Antropolog ULM bagi Parpol Pengusung Caleg Pemilu 2024

0

ANTROPOLOG Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah mengingatkan agar partai politik (parpol) baik di tingkat provinsi, kabupaten hingga level nasional harus ekstra hati-hati dalam menempatkan calon legislatif (caleg) pada Pemilu 2024 mendatang.

“JELANG pendaftaran caleg pada April 2023 untuk ikut kontestasi Pemilu 2024, tentu pengurus parpol dari semua tingkat harus serius membekali para dutanya untuk memahami masyarakat. Ini agar pesan tersebut mampu menarik simpati dan memiliki daya tarik elektabilitas,” tutur Nasrullah kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Sabtu (28/1/2023).

Mahasiswa doktoral (S3) antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengingatkan ada hal yang perlu dihindari parpol pengusung caleg. Yakni, jangan sampai ide, pemikiran, gagasan, atau wacana yang dilemparkan caleg membumbung tinggi di angkasa sehingga yang ditawarkan cenderung imaginatif dari pada realitas.

BACA : Survei Magna Charta Politika, Ini Parpol dan Elektabilitasnya

“Kalaupun realitas, maka cenderung bersifat klaim atau melanjutkan ide yang sudah ada sebelumnya dan karena kemampuan retorika seolah-olah ide yang baru,” tutur akademisi program studi pendidikan sosiologi FKIP ULM ini.

Masih menurut Nasrullah, hal yang patut diperhatikan adalah hasrat hati meraih simpati masyarakat tetapi dengan cara belah bambu.

“Satu bagian mengangkat memegang dan meraih suara masyarakat pada populasi yang besar, bagian lain menginjak bambu tersebut terutama masyatakat yang populasinya sedikit,” kata Nasrullah.

BACA JUGA : Ungkap 72 Persen Persepsi Publik Kalsel Tergoda Politik Uang, Rifqi : Bikin Politisi Baik Putus Asa!

Dia menekankan agar parpol pengusung caleg juga  perlu menghindari retorika yang hiperbolis terutama memberikan janji-janji manis yang surplus kata ‘akan’ dan defisit bukti.

“Nah, ketiga hal ini yang perlu dihindari itu, jika dilakukan memang akan mendongkrak popularitas, tetapi belum tentu atau malah akan menurunkan elektabilitas,” kata mantan aktivis mahasiswa IAIN (UIN) Antasari Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Pakar Hukum ULM Sebut Politik Uang Bisa Dipakai Bayar Pemilih agar Tak Mencoblos ke TPS

Nasrullah menyatakan  sebaliknya yang dilakukan adalah pertama dengan mempertajam kemampuan mendengar, menyimak, dan mencerna keluhan, saran dan pandangan masyarakat.

“Sebab jika terpilih tugas wakil rakyat adalah menyampaikan aspirasi mereka untuk diperjuangkan baik dalam bentuk perundang-undangan (perda), pengawasan kerja eksekutif (kontrol), dan budgeting (keuangan),” papar Nasrullah.

BACA JUGA : Politik Uang Rusak Demokrasi, Lahirkan Pemimpin Korup

Aktivis Hapakat Bakumpai ini melanjutkan, di hadapan rakyat, seorang wakil rakyat bukan pemberi ide, gagasan, imaginasi, tetapi penerima aspirasi dari rakyat.

“Kedua, tentu harus tahu apa yang akan menjadi tugas wakil rakyat. Sebab, saat hadir di masyarakat, atau bahkan terpilih, seorang wakil rakyat cenderung berperan sebagai eksekutif bukan sebagai anggota legislatif,” kritiknya.

BACA JUGA : Bangun Kesadaran Politik, Uhaib Beber Kuatnya Cengkeraman Oligarki di Pesta Pilkada Kalsel

Menurut Nasrullah, di sini menjadi pendidikan politik bagi seorang calon atau wakil rakyat memberikan Batasan kepada masyarakat, mana yang menjadi seorang legislative dan mana yang menjadi tugas seorang wakil rakyat.

Bagi Nasrullah, jika seorang caleg, atau bahkan anggota legislatif berbicara bukan dalam kapasitasnya sebagai calon atau wakil rakyat, maka sesungguhnya dia telah tersesat sebagai seorang aparat eksekutif.

“Kalau pun hal itu dilakukannya dengan kesadaran, maka yakinlah orang tersebut sebenarnya ingin menempatkan dirinya sebagai calon kepala daerah,” kata Nasrullah.

BACA JUGA : Hadapi Politik Uang di Pemilu 2024, Akademisi ULM Sarankan Bawaslu Bisa Dekati Ulama

Ketiga, menurut dia, ada banyak contoh dengan sedikit popularitas tetapi seseorang terpilih berkali-kali menjadi wakil rakyat. Hal tersebut tentu karena elektabilitasnya tinggi melalui kemampuannya menyimak, mendengar, dan menyampaikan aspirasi rakyat.

“Artinya gunakan kemampuan retorika ketika berhadapan dengan elite atau pihak eksekutif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat,” pungkas Nasrullah.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/01/28/jangan-utamakan-popularitas-ini-catatan-antropolog-ulm-bagi-parpol-pengusung-caleg-pemilu-2024/
Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.