Perjalanan Seni Rupa Kalsel Cukup Panjang Walau Tak Semaju Daerah Lain
DIALOG seni rupa dalam ruang seni dan pameran di Sanggar Seni Rupa Sholihin di Taman Budaya Provinsi Kalsel, di Jalan Brigjen Hasan Basry, Kayutangi, Banjarmasin, cukup menarik disimak.
APALAGI dialog ini juga dihelat demi menyemarakkan Pameran Drawing Garis-Garis Seribu Sungai, Sabtu (21/5/2022), menghadirkan Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasin Hajriansyah dan pelukis kawakan Banua, Misbach Tamrin dimoderatori Badriansyah Hurmansyah.
Hajriansyah mengakui ada perbedaan istilah dari drawing (gambar), sketsa dan painting (lukisan). Menurut Hajri, perkembangan drawing sebagai karya seni rupa telah dieksplorasi dalam beragam media (pensil, charcoal, bahkan termasuk pewarna cat).
Hal ini, kata dia, setidaknya nampak dalam pameran drawing kali ini yang diselenggarakan oleh Sanggar Sholihin, dalam rangka Bulan Menggambar Nasional yang digagas oleh Edo Pop dan kawan-kawan perupa di Yogyakarta yang mengajak kawan-kawan se-Indonesia untuk menginisiasi kegiatan yang secara serentak diselenggarakan di beberapa daerah di seluruh Indonesia ini.
BACA : Mengenang Sholihin, Pelukis Rocker Yang Rendah Hati
Bagi perupa Banua ini, ruang seni dan pameran di Kalsel sudah cukup dinamis dengan beragam tematik dan teknik berkarya. Dari lukisan cat minyak, cat akrilik, karya instalasi, dst, maupun yang bertema lokal, sosial, bahkan spiritual.
“Seni rupa Kalsel memiliki sejarah perjalanan yang cukup panjang, sejak sebelum kemerdekaan,” ucap pemilik Kampung Buku (Kambuk) Banjarmasin).
Namun demikian, kata Hajri, masih punya pekerjaan rumah yang cukup banyak, dari persoalan konseptual karya hingga persoalan teknis pameran, seperti display dan publikasi yang memiliki orientasi yang jelas–yang diharapkan berimbas pada profesionalitas dan penghidupan seniman. “Apresiasi karya seni perlu didukung pengkoleksian karya dan pengetahuan seni rupa yang sadar wacana,” ucap Hajri.
BACA JUGA : Semerbak Hutan dan Seharum Ombak yang Tersisa dari Noor Sholihin Hidayat
Sementara itu, Misbach Tamrin mengemukakan soal gagasan dan teknik serta pencarian identitas seniman di dalam karyanya. Hal ini, menurut pelukis senior Kalsel ini perlu didukung dengan pengetahuan dan wawasan yang baik terkait seni rupa dan perkembangannya dewasa ini, dan tentu juga eksplorasi dan eksperimentasi media oleh para seniman lukis.
Misbach juga menerangkan bagaimana ia mendedikasikan hidupnya untuk seni lukis, dimulai dari bakatnya sejak muda yang kemudian diteruskan sekolah ke perguruan tinggi seni di Yogyakarta.
Lain lagi dengan Nanang M Yus. Pelukis senior Kalsel lainnya yang barusan berpameran tunggal di Sanggar Sholihin, Taman Budaya, di awal tahun tadi.
BACA JUGA : Gusti Sholihin Hasan, Maestro Lukis Banua Berkelas Dunia
Ia menimpali bahwa dedikasi dan kecintaan terhadap seni itu penting agar menjamin kebertahanan sikap seorang perupa.vHal ini mengingat bahwa ekosistem berkesenian (seni rupa) di Kalsel belum lagi semaju di daerah-daerah lain di Indonesia. Seperti daerah yang menjadi pusat studi dan perkembangan seni rupa di Yogyakarta, Bandung, dan lainnya.
Gep, seorang kreator muda dari komunitas Bilik Bersenyawa juga ikut sumbang pendapat. Ia langsung bertanya pengalaman hidup Misbach Tamrin sebagai perupa yang bertahan terus kreatif di usianya yang sudah 81 tahun.
BACA JUGA : Apresiasi Seni yang Minim di Tengah Karya Terbaik Maestro Banua
Dijawab oleh perupa senior itu dengan mengisahkan pengalamannya sejauh ini. Termasuk yang menanggapi dialog ini adalah akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Sumasno Hadi yang berpendapat bahwa pilihan kreatif seorang perupa tentu didukung pula oleh perkembangan masyarakat. “Wacana filosofis yang berkembang di tengah masyarakat dan tingkat pendidikan,” ucap Sumasno.
Dialog ini ditutup dengan penutupan pameran secara resmi oleh Ketua Sanggar Sholihin Didi Agus. Ia juga menyampaikan bahwa agenda-agenda seni rupa sanggar masih aakan terus digenjot untuk memberikan wawasan dan pengetahuan terhadap publik seni Kalimantan Selatan.(jejakrekam)
Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/05/21/perjalanan-seni-rupa-kalsel-cukup-panjang-walau-tak-semaju-daerah-lain/