Qori Juara Abadi Wafat, Artoni Jurna Sabet Terbaik Utama MTQ Internasional di Iran

0

INNA lillahi wa inna ilaihi raji’un. Warga Kalimantan Selatan patut berduka dengan wafatnya qori internasional H Artoni Jurna pada usia ke-60 tahun, Kamis (20/5/2021) bertepatan pada 8 Syawal 1442 Hijriyah.

ALMARHUM selama hidupnya mengabdikan diri sebagai Kepala Seksi LAZIS dan PHBI Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Bahkan, termasuk qori senior yang melahirkan banyak qori-qoriah andalan Banua.

Tak mengherankan, jika jenazah dishalatkan waktu Zuhur di Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Kemudian, dimakamkan di Alkah Keluarga di Tirik Banua Padang, Rantau Kabupaten Tapin. Lahir di Kabupaten Balangan, almarhum Artoni Juna semas hidupnya merengkuh segudang prestasi di bidang baca indah (tilawah) ayat-ayat suci Alquran, khususnya di kancah nasional bahkan internasional.

Artoni Jurna kecil pernah menyabet juara I golongan kanak-kanak pada MTQ Tingkat Nasional di Manado Sulawesi Utara 1977. Beranjak remaja, Artoni meraih Juara I Golongan Remaja pada MTQ Tingkat Nasional di Semarang, Jawa Tengah 1979, dan Juara I Golongan Dewasa pada STQ Nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara, 1992. Berikutnya, pada setahun kemudian, Artoni Juna merebut juara I mewakili Indonesia di MTQ Internasional digelar di Teheran, Iran, 1993.

BACA : Komitmen Bersama Agar Kalsel Tetap Lumbung Qori-Qoriah

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalsel H Noor Fahmi menegaskan Kalsel tentu merasa kehilangan, karena almarhum selama hidupnya mengharumkan nama Banua.

“Menurut saya, almarhum merupakan juara abadi dalam mengikuti lomba baca Alquran. Kenapa juara abadi? Karena, semua lomba di MTQ nasional baik tingkat anak-anak, remaja, hingga dewasa selalu juara I,” kata Noor Fahmi kepada jejakrekam.com, Kamis (20/5/2021).

BACA JUGA : Apakah Gelar Lumbung Qori Nasional Masih Layak?

Sepengetahuannya, tidak ada qori atau qoriah yang meraih gelar juara abadi seperti almarhum Artoni Juna. “Hanya almarhumlah seperti itu, bahkan almarhum juga pernah juara internasional di Iran,” kata Fahmi.

Menurut dia, karena sebagai juara abadi, banyak murid yang belajar dengan almarhum selama hidupnya. Hingga, Artoni Juna selama hidupnya mengabdikan diri sebagai guru ngaji.

“Jadi, kita merasa kehilangan yang betul-betul profesional di bidang Alquran. Begitu pula, semasa hidupnya, beliau sebagai dewan hakim MTQ di samping sebagai guru mengaji,” paparnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.