Berpuasa Ramadhan bagi Penderita Kencing Manis

0

Oleh : dr. Abd. Halim, SpPD.SH.MH.MM.FINASIM

INSYA Allah, besok Jumat tanggal 24 April 2020 akan memasuki bulan Ramadhan 1441 H. Bulan yang diwajibkan berpuasa pada siang hari bagi orang Islam yang mengaku beriman.

HADITS Rasulullah SAW menegaskan bahwa berpuasa itu sehat. Hal ini pasti benar dan sudah hadits itu sudah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Puasa Ramadhan dianggap memberikan efek baik terhadap kesehatan baik kesehatan badaniah dan rohaniah atau psikologis.

Namun, pada penderita penyakit kronis seperti diabetes, menjalankan puasa tanpa konsultasi dengan petugas medis bisa jadi malah membahayakan, karena bisa timbul efek samping dari diabetes atau dari obat anti diabetes yang mereka konsumsi.

Apa yang harus diperhatikan oleh diabetisi ketika berpuasa? Tidak ada perubahan jenis makanan selama puasa Ramadhan. Penderita diabetes dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang menghasilkan energi secara lambat seperti gandum, kacang-kacangan, nasi, dan semolina, juga menghindari makanan dengan kandungan asam jenuh yang tinggi.

BACA : Tips Sehat agar Saat Berpuasa Tetap Bugar

Porsi makanan saat puasa juga disesuaikan, yaitu 50 persen saat sahur, 40 persen saat berbuka dan 10 persen setelah Tarawih. Pastikan juga asupan cairan saat berpuasa tercukupi dengan baik setelah buka puasa dan tarawih.

Aktivitas fisik rendah dan sedang tetap dapat dilakukan oleh penderita diabetes tipe 2. Namun perlu dilakukan modifikasi durasi dan intensitas karena aktivitas fisik yang berlebihan dapat menimbulkan hipoglikemia bagi orang yang sedang berpuasa.

Tarawih harus dipertimbangkan sebagai aktivitas fisik saat melakukan modifikasi aktivitas. Penusukan jarum ke dalam kulit untuk pemeriksaaan gula darah tidak membatalkan puasa. Jadi, periksa teratur gula darah Anda, terutama apabila Anda merasakan sakit atau ada gejala dari gula darah rendah atau tinggi.

 Penderita diabetes dianjurkan membatalkan puasa jika kadar gula darah <70 mg/dl atau >300 mg/dl.

Beberapa pedoman bagi penderita diabetes yang akan menjalani ibadah puasa Ramadhan, yakni :

1. Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan makan saja tidak akan mengalami kesulitan untuk berpuasa.

Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati adanya perubahan jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan.

2. Penyandang diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa, oleh karena itu dianjurkan minum yang cukup.

3. Perlu peningkatan kewaspadaan pasien terhadap gejala-gejala hipoglikemia. Untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemia pada siang hari, dianjurkan jadwal makan sahur mendekati waktu Imsak/Subuh, kurangi aktivitas fisik pada siang hari dan bila beraktivitas fisik dianjurkan pada sore hari.

4. Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO (obat hipoglikemik oral) dosis tunggal, juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat berbuka puasa. Hati­hati terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis maksimal.

5. Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.

6. Untuk penyandang diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja menengah yang diberikan saat berbuka saja.

7. Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia pada penyandang diabetes pengguna insulin. Perlu pemantauan yang lebih ketat disertai penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Bila terjadi gejala hipoglikemia, puasa dihentikan.

8. Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.

Ada 4 kategori penderita diabetes berdasarkan atas boleh tidaknya mereka berpuasa:

1. Risiko rendah, boleh berpuasa

Pasien sehat dengan diabetes yang terkontrol oleh diet dan obat-obatan dan kadar HbA1C <7%

2. Risiko sedang, dapat menjalankan puasa dengan hati-hati

Pasien sehat dengan diabetes yang terkontrol oleh diet, obat-obatan atau short acting insulin dan kadar HbA1C < 8 %

3. Risiko tinggi, diperbolehkan tidak berpuasa

Nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa 150-300 mg/dl dan Kadar HbA1C > 8 – 10%

a. Memiliki komplikasi mikrovaskular (gangguan retina, ginjal, saraf) atau makrovaskular

b. Tinggal sendirian atau mendapat terapi sulfonilurea atau insulin

c. Pasien usia lanjut di atas 75 tahun

d. Pasien dengan penurunan fungsi ingatan berat, demensia, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi daya ingat.

f. Adanya penyakit penyerta yang berat, seperti gagal jantung, stroke, kanker, atau darah tinggi yang tidak terkontrol

4. Risiko sangat tinggi,  tidak direkomendasikan berpuasa

Pemeriksaan gula darah tinggi, dengan rata-rata nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa >300 mg/dl

a. Kadar HbA1C >10%

b. Hipoglikemia berat selama 3 bulan terakhir

c. Hipoglikemia berulang atau hipoglikemia yang tidak diketahui penyebabnya

d. Adanya komplikasi diabetes ketoasidosis atau hiperglikemihiperosmolar

f. Diabetes tipe 1

g. Adanya penyakit akut

h. Pekerja fisik berat

I. Sedang hamil

j. Pasien dengan penurunan fungsi ingatan berat, demensia, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi daya ingat

k. Pasien yang sedang menjalani dialisis (cuci darah)

Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan ketaatan berobat para penyandang diabetes. Dengan berpuasa Ramadhan diharapkan adanya perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih sehat bagi penyandang diabetes.

BACA JUGA : Berpuasa Ramadhan Itu dalam Sisi Medis Justru Menyehatkan

Demikian sedikit pencerahan bagi para diabetisi yang akan menjalani ibadah puasa ramadhan tahun ini. Jangan lupa tetap berkonsultasi ke dokter yang merawat bapak dan ibu diabetisi.(jejakrekam)

Penulis adalah Internist RSDI dan Klinik Halim Medika Banjarbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.