Minat Baca Warga Indonesia Masih Setara dengan Negara Afrika

0

MENGGAUNGKAN peringatan Hari Guru dan Hari Jadi UIN Antasari, Dewan Mahasiswa (Dema) UIN Antasari menghelat Pekan Literasi 2019, berlangsung di Audiotorium Mastur Jahri, 25-27 November 2019.

PEKAN Literasi 2019 ini bertemakan meningkatkan budaya literasi di era globalisasi, selama tiga hari ini dirangkai berbagai kegiatan. Di hari pertama, digelar  Seminar Nasional Milenial Anti Hoax yang diisi Rektor UIN Antasari Banjarmasin Mujiburrahman, Pimred Banjarmasin Post Musyafi’, Akademisi ULM Ahmad Fikri Hadin dan Isra Hajiri selaku Pustakawan UIN Antasari.

Hari kedua, Dialog Publik tentang Degradasi Minat Baca yang menghadirkan tiga narasumber dari pegiat literasi. Mereka adalah Supriansyah dari Kindai Institute, Reja Fahlevi (founder Kampung Buku Banjarmasin) dan Abdul Karim (pendiri Warung Baca).

BACA : Tumbuhkan Minat Baca, Perpustakaan Palnam Bakal Datangkan Najwa Shihab

Sedangkan hari ketiga, diisi dengan kegiatan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI), siangnya dilanjutkan dengan Dialog Interaktif yang mengangkat tajuk Ada Apa Dengan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan? Sebab narasumber dihadirkan Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, BPJS Kota Banjarmasin dan DPD KNPI Kalsel serta penanggap tamu undangan dari berbagai elemen dan golongan masyarakat.

Mengenai tujuan dari Pekan Literasi 2019, Ketua Dema UIN Antasari Banjarmasin, Rizal Nagara mengakui saat ini minat baca kita sangat rendah.

“Pekan literasi ini sebagai syiar pemuda dan mahasiswa untuk menumbuhkembangkan minat baca masyarakat yang mulai terkikis karena teknologi,” ucap Rizal Nagara kepada jejakrekam.com, Kamis (28/11/2019).

Menurut dia, Pekan Literasi merupakan sebuah upaya dari Dema untuk mensyiarkan budaya-budaya baca yang sekarang mulai tergerus karena lajunya perkembangan teknologi.

“Teknologi yang harusnya menjadi maslahat bagi usernya malah menjadi bomerang yang menyerang kita,” ucap Rizal.

Menurut dia, minat baca Indonesia menurut data CCSU pada Maret 2016 berada di posisi 60 dari 61 negara, tepat berada di atas Boswana, negara jauh di Afrika.

“Ini sangat memprihatinkan, minat baca Indonesia hanya 0,001 persen jika di rasiokan dengan jumlah penduduk Indonesia yang 267 juta jiwa, berarti di antara 10.000 penduduk Indonesia hanya ada satu orang yang mempunyai minat baca yang tinggi,” paparnya.

BACA JUGA : Budaya Literasi; Antara Buku dan Minat Baca Masyarakat Banjar

Rizal yang juga Sekretaris HMI Cabang Banjarmasin menambahkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 hulunya adalah sumber daya manusia (SDM) yang unggul, dan masa depan Indonesia berada di pundak pemuda.

“Kita sudah berada di era revolusi industri 4.0 dan kita akan menghadapi bonus demografi tahun 2030. Jadi, tantangan kita semakin komplek, masa depan kita berada di pundak pemuda. Jangan sampai hulu dari kemajuan SDM bangsa yaitu minat baca kita masih d ibawah rata-rata,” ucapnya.

Ia berharap masyarakat Indonesia, khususnya Kalsel harus bergerak dan mensyiarkan untuk menjadikan bonus demografi sebagai potensi negara hulunya adalah dengan menumbuhkan minat baca,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Rikcy Fahriza
Editor DidI GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.