Kembangkan Banjarmasin Kota Berbasis Sungai, Tiga Pakar Belanda Dihadirkan

0

PARA pakar asal Belanda mengupas soal warisan budaya urban yang tersisa di Kota Banjarmasin yang menjadi topik topik menarik dalam Workshop Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Banjarmasin di Rumah Anno 1925, Jalan Piere Tendean, Minggu (27/10/2019).

TIGA pakar asal Belanda yakni Hasti Tarekat dari Heritage Hands-on Belanda, Jacqueline Rosbergen dan Peter Timmer dari Badan Warisan Budaya, Kementerian Pendidikan, Kebudayan dan Ilmu Pengatahuan Belanda, dan Vera D Damayanti dari Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor, mengupas masalah itu.

Diskusi sekaligus studi kasus ini juga diikuti Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, Kaki Kota. Forum Komunitas Hijau Banjarmasin Banget, Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia Kalimantan Selatan dan Putra Panjjalu Nursery dan Konsultan Lanskap.

BACA :Banjarmasin, Kota Sungai Dihantui Bayang Krisis Air Bersih ‘Abadi’

Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Mokhamad Khuzami mengungkapkan workshop ini menitikberatkan pada masalah tantangan ke depan dalam pembangunan ibukota Provinsi Kalsel ini.

Pejabat yang akrab disapa Jimie ini mengungkapkan permasalah seperti sanitasi kota, peran sungai sebagai moda transportasi perkotaan, serta pelestarian warisan budaya kota Banjarmasin menjadi isu yang dikupas dalam HUL Quick Scan yang dihadiri para mahasiswa, elemen masyarakat dan akademisi.

“Dari workshop ini bisa dirumuskan pembangunan perkotaan melalui pendekatan hasil pengembangan Badan Warisan Budaya Belanda. Hal itu diadopsi dari kerangka Historic Urban Lanskap Unesco,” tuturnya.

BACA JUGA : Prof Lambut Sangsi Ikon Kota Sungai Terindah Terwujud

Jimie berharap dengan metode itu bisa membantu para praktisi memahami sebuah lanskap perkotaan dalam keterbatasan waktu, menyangkut perumusan konsep dasar pengembangan mendatang berdasar  fitur-fitur warisan budaya, baik yang tangible (benda) maupun intangible (tak benda).

“Jadi, workshop ini lebih pada penciptaan gagasan untuk konservasi dan pengembangan pada skala area perkotaan dan regional yang berkaitan dengan prospek dan dasar untuk perencanaan ke depan,” imbuhnya.

BACA LAGI : Menghidupkan Kembali Ruh Kota Sungai ala Thomas Karsten

Workshop ini pun dihelat dari 27 Oktober-1 November 2019, dengan empat lokasi sebagai sampel studi kasus pengembangan kota berbasis sungai dan revitalisasi pemukian tepian sungai di Banjarmasin. Lokasi itu berada di kawasan Kampung Seberang Masjid, Kampung Arab-Pasar Lama, Kampung Kelayan bagian muara, dan Kampung Sungai Jingah.

Menariknya, Peter Timmer, sang penulis buku World Heritage of The Netherlands menyerahkan buku kepada Walikota Banjarmasin Ibnu Sina yang menggambarkan suasana tempo dulu Banjarmasin era kolonial Belanda.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.