Profesionalisme, Kepemimpinan dan Integritas Dilema dalam Pusaran Kekuasaan

Oleh : Daddy Fahmanadie SH, LL.M

0

NALAR idealisme setiap orang pasti berbeda ketika menafsirkan sebuah konsep tentang profesional,kepemimpinan dan integritas. Sebab, ketiga aspek ini sangat penting dalam mencermati jejak rekam seseorang, apakah seseorang akan dipromosikan sebuah jabatan dalam perusahaan ataukah dalam hal lain yaitu memilih pemimpin dalam pesta demokrasi baik Pilkada, Pilpres dan Pemilu Legislatif.

NAH, parameter pertama jika mengacu pada ke-idealisme-an yaitu profesional adalah orang yang sederhananya dianggap mampu atau kapabel bisa sesuai dengan keahlian, bisa juga sesuai dengan keilmuan dalam bidangnya.

Kedua, kepemimpinan atau yang lebih populer sering disebut leadership yaitu sebuah perilaku atau kepantasan seseorang yang dapat diandalkan dalam berbuat untuk kepentingan masyarakat dan banyak orang. Kemudian yang ketiga adalah integrity atau integritas yaitu sebuah daya tahan dari seseorang terhadap hambatan atau tantangan terhadap perilaku menyimpang yang melanggar aturan Undang-Undang.

Perbuatan koruptif atau arogansi kebijakan terkadang cenderung mewarnai sikap seseorang ketika sudah menjadi top leader. Bahkan, tidak mungkin seseorang yang mempunyai kepribadian baik,  bisa saja menjadi berubah manakala sudah mempunyai jabatan. Atau dalam posisi yang saya pahami sebagai top decisison maker.

Ilustrasi demikian bukanlah tidak beralasan, sebab faktanya dalam berbagai kasus terutama di Kalimantan Selatan banyak terjadi. Ya, kasus-kasus yamg menjadi polemik antara pengambil kebijakan dengan bawahan  atau antara pemimpin dengan masyarakat  dan lain sebagainya.

Tentu saja, hal itu tentu menjadi hambatan tersendiri dalam membawa perubahan yang baik dalam pembangunan di masyarakat. Dalam hal ini haruslah dihindari oleh seorang pemimpin, jika ingin rekam jejaknya bagus dan masih disenangi masyarakat .

Aspek lain yaitu figur. Sebab, figur tidak menjadi dominasi penting, apabila behaviour atau sikap seorang pempin sudah cacat atau menjadi tidak disenangi oleh bawahan atau masyarakat. Ini karena secara naluri terlepas dari persoalan lain bahwa yang utama adalah karakter yaitu profesionalime,  kepemimpinan dan integritas.

Tiga ciri karakter inilah yang betul-betul harus kita pegang teguh dalam bertindak baik itu sebagai pemimpin, pejabat atau penegak hukum. Perspektif ini menjadi perhatian saya serta menjadi sorotan sebab dalam tahun politik ini, banyak persoalan persoalan menjadi polemik. Ya, tidak hanya isu nasional tetapi isu polemik daerah pun juga banyak.

Dalam kacamata hukum atau penegakan hukum, tentu saat ini masih seperti belum optimal. Banyak problem seakan belum tercipta kepastian hukum, keadilan atau kemanfaatan. Akan tetapi secara sosial, pusaran kekuasaan adalah perspektif yang selalu menjadi perhatian masyarakat. Bagaimana pun, sesungguhnya kepemimpinan itu untuk kepentingan umum, kemashlahatan banyak orang. Jadi, bukan untuk kepentingan sesaat, apalagi kepentingan satu kelompok semata.

Tahun politik biarlah menjadi panggung demokrasi.  Namun, nalar idealisme haruslah tetap dikedepankan. Sebab, jika nalar idelisme hilang atau terendus kepentingan kelompok, maka kita akan sesat dalam pragmatisme dan kapitalisme.

Semuanya tentu untuk mencapai suatu kepentingan, pasti menghalalkan segala cara, meski hal itu harus melawan hukum. Cara-cara demikian seyognya sudah harus dihentikan, sehingga kita sebagai bangsa yang berciri negara hukum mampu membuktikan bahwa pilar negara ini adalah negara hukum dan berideologi Pancasila.(jejakrekam)

Penulis adalah  Akademis ULM /Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.