Curah Hujan Tinggi, Banjir DAS Barito Lambat Surut

0

BEBERAPA wilayah yang berada di lintasan aliran Sungai Barito di Provinsi Kalimantan Tengah kini kembali menghadapi banjir akibat tingginya curah hujan serta luapan air sungai terbesar di kawasan itu. Ketinggian air pun begitu cepat naik dalam dua hari belakangan ini, hingga merendam perkampungan dan kawasan perkotaan di DAS Barito.

SEPERTI terlihat di dua kecamatan yang ada di pinggiran Sungai Barito di Kabupaten Barito Utara (Barut). Dari pantauan jejakrekam.com di lapangan, perkampungan yang ada di Kecamatan Lahei Barat dan Lahei sudah terendam hingga ketinggian airnya mencapai 30 meter lebih. Kondisi serupa juga dialami warga yang berada di hulu Sungai Barito, tepatnya di Kabupaten Murung Raya yang telah kebanjiran selama dua hari ini.

“Air naik begitu cepat karena hujan setiap hari selama dua hari ini. Cuaca ekstrim semacam ini memang daerah yang berada di pinggiran Sungai Barito menjadi langganan banjir,” ucap Rahmadi, warga Kecamatan Lahei kepada jejakrekam.com, Minggu (16/7/2017).

Ia mengungkapkan banjir yang dialami sebagian wilayah Kabupaten Barut juga menjalar ke wilayah Kabupaten Murung Raya. Rahmadi mengaku khawatir jika air ini akan terus meninggi dan lambat surut sangat menganggu aktivitas warga sehari-hari.
Serbuan air juga melanda Kota Muara Teweh, ibukota Kabupaten Barut. Ada beberapa ruas jalan seperti Jalan Merak dan Imam Bonjol yang terlihat tinggal beberapa centimeter akan terendam. “Hujan terus menerus turun ini membuat air Sungai Barito meluap. Sejak awal Ramadhan, kami sudah merasakan banjir ini, bahkan ruas jalan sempat terendam hingga satu meter,” ucap Ardian, warga Muara Teweh.

Ardian dan warga Muara Teweh lainnya khawatir bukan hanya menjadi daerah langgan banjir, namun batang pohon yang besar hanyut bisa mengancam rumah-rumah warga yang berada di pinggiran sungai. “Kami juga tak bisa beraktivitas untuk menyadap karet. Sebab, ruas jalan memang direndam air. Jelas kondisi ini berdampak bagi perekonomian warga,” katanya.

Dia menduga lambatnya air surut ini akibat banyak hutan yang telah digunduli, termasuk lobang-lobang bekas tambang batubara yang bisa saja jebol, hingga mengakibatkan banjir bandang ke kawasan perkampungan yang berada di bawah lereng perbukitan. “Akibat banjir ini banyak kerugian yang harus diderita warga,” imbuh Ardian.(jejakrekam)

Penulis : Syarbani

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Syarbani

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.