Jam Tangan Bermerek dan Populer Jadi Incaran Para Kolektor

0

BERBELANJA jam tangan khususnya bagi para kolektor sepertinya menjadi sebuah keniscayaan. Di tengah rendahnya daya beli masyarakat, ternyata angka penjualan jam tangan di Banjarmasin masih normal, meski terkadang mengalami trend naik turun omzet.

BERSAING dengan jam tangan pintar (smartwatch) serta membanjirnya produk-produk tiruan asal Tiongkok, tak membuat Toko Ary Zam yang ada di Jalan Belitung Darat, Banjarmasin justru sepi pembeli.

“Bisnis jam tangan memang tak terlalu terpengaruh dengan melesunya perekonomian Kalimantan Selatan, khususnya turunnya penjualan batubara. Ya, istilahnya pasar jam tangan di Banjarmasin masih tergolong normal. Walaupun kini banyak produk smartwatch, toh pembelian jam tangan manual masih cukup tinggi,” ujar pemilik Toko Ary Zam, Ary Jaya kepada jejakrekam.com, Selasa (4/4/2017) malam.

Ia mengakui produk yang dipajang dan dijual adalah jam tangan dari yang bermerek hingga kelas bawah, karena mengincar segmen pasar bagi warga kelas menengah ke bawah. “Semua tergantung daya beli masyarakat. Namun itu tak berlaku bagi para kolektor jam tangan merek tertentu. Mereka terkadang sudah beli dalam seminggu, begitu beredar edisi baru membeli lagi,” tutur Ary Jaya.

Menurutnya, bagi para pegawai negeri sipil (PNS) atau karyawan saat gajian atau bulan muda, animo untuk membeli jam tangan cukup tinggi. “Memang pasar jam tangan ini tak bisa ditebak. Terkadang naik, ya terkadang turun atau fluktuatif. Yang pasti, ada beberapa merek jam tangan tertentu yang menjadi incaran para kolektor,” ucapnya.

Ary Jaya menyebut jam tangan merek Alexandre Christie, Swiss Army, Expedition, Diesel, dan lainnya menjadi incaran para kolektor. Keunggulan produk asal Eropa dan Jepang yang dibandrol harganya cukup terjangkau itu menjadi pilihan karena dijamin tak barang tiruan (KW) di pasaran. “Berbeda dengan merek-merek lainnya pasti ada produk KW-nya. Biasanya, produk itu berasal dari Tiongkok,” katanya.

Menurutnya, pasar jam tangan juga tergantung model dan edisi yang diliris para produsen, sehingga sudah terpetakan mana-mana produk yang menjadi incaran para pembeli. “Jam tangan ini juga tergantung pada kebiasaan. Artinya, para pembeli itu jika sudah terbiasa menggunakan jam tangan dan kemudian menjadi kolektor, tak peduli lagi berapa harga jam tangan itu dibeli. Inilah pasar yang kami bidik,” ujar Ary Jaya.

Warga Jalan Belitung Darat Banjarmasin ini banyak produk jam tangan bermerek ini langsung didatangkan dari pusat-pusat grosir yang ada di Jakarta, serta diambil dari agen resmi di Banjarmasin. Ary mengaku sengaja tidak menjual jam tangan kelas premium atau mewah, karena ingin mempertahankan para pembeli dari ekonomi kelas menengah ke bawah. “Setidaknya, dalam satu bulan ini, untuk jam tangan merek tertentu bisa laku 5 hingga 6 unit. Ini sudah tergolong cukup, tapi kalau sedang bulan muda, trend penjualan jam tangan akan naik,” kata Ary Jaya.

Untuk melengkapi barang dagangannya, Ary juga menjual berbagai merek jam dinding yang cukup laris di pasaran seperti Mirado, Sakana, Maspion, Diamond dan lainnya. “Untuk merek terkenal seperti Seiko dan lainnya memang dijual berdasar pesanan,” kata Ary. Ia mengingatkan dalam bisnis jam tangan dan jam dinding itu terpenting harus ditopang keahlian untuk memperbaiki. “Sebab, yang datang ke sini, bukan hanya untuk membeli, tapi juga memperbaiki jam tangan atau jam dinding yang rusak. Makanya, kami setiap kali menjual produk jam tangan atau jam dinding selalu membarengi dengan garansi perbaikan,” tandas Ary.(jejakrekam)

Penulis   :  Didi G Sanusi

Foto       :   Didi G Sanusi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.