Angkat Nilai Jual, Sasirangan Perlu Dikemas Secara Profesional

0

PENGEMASAN produk menjadi nilai tambah dan daya tarik dalam memasarkan kepada konsumen agar membeli suatu barang. Topik ini dibahas dalam Forum Diskusi Sasirangan di hari kedua Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2019 di Aula Kayuh Baimbai, Balai Kota, Kamis (7/3/2019).

UNTUK membuka wawasan seluk beluk bisnis produk, didatangkan konsultan kemasan produk dari IDEA Grafis, Raden Kusdini Nurdiati dan konsultan marketing Reza B Surianegaram memberi tips di hadapan ratusan peserta.

Walikota Ibnu Sina menilai forum diskusi semacam itu sangat penting bagi para pelaku usaha, pengrajin dan organisasi yang peduli terhadap pembinaan UMKM di Kota Banjarmasin.

Menurut dia, Pemkot Banjarmasin sengaja pakar branding dan marketing karena melihat potensi Sasirangan ini sangat luar biasa. Tinggal bagaimana cara mempackaging atau mengemasnya menjadi produk yang bernilai jual tinggi dan menarik konsumen.

BACA :  Potong Astakona, Ekspo BSF 2019 Resmi Dibuka Walikota Banjarmasin Ibnu Sina

Mantan anggota DPRD Kalsel ini menceritakan ulang ucapan dari Raden Kusdini Nurdiati yang menyebut, bisa menjual teh seharga Rp 2 ribu menjadi Rp 50 ribu.

“Itu saya kira perlu sentuhan dari pakar-pakar di bidangnya. Termasuk memberikan keyakinan kepada pengrajin bahwa apa yang mereka buat. Apa keunggulan kain sasirangan yang berbeda dengan kain nusantara lainnya itu mesti diangkat dan harus bangga,” katanya.

Ibnu Sina menambahkan, tinggal bagaimana memberikan penghargaan atas upaya dan jerih payah pengrajin yang luar biasa. Kemudian, menurut dia, jika diceritakan teknik pembuatannya yang berbeda, misalnya menggunakan pewarna alam tentunya mendapat nilai ekonomi yang wajar.

BACA JUGA :  Wagub Kalteng Puji BSF, Sekdaprov Kalsel Ingin Kain Sasirangan Mendunia

Mantan Ketua DPW PKS Kalsel ini menyebut, bukan berarti ingin mematok harga mahal, tetapi sasirangan ini harus dikemas secara profesional melalui sentuhan marketing yang mumpuni. Sehingga, selayaknya sebuah kain yang dinilai bukan hanya sebagai produk industri, namun bisa menjadi sebuah karya seni dan mendapat tempat yang sewajarnya.

“Jadi, jangan asal-asalan dan mengetahui selera pasar. Sebab, jika ingin mendunia, tentunya kemasannya harus go internasional, baik itu kemasan, packaging dan strateginya kepada binaan dari Dekranasda untuk mengajari standar mengemas,” katanya.

Ibnu mengungkapkan gencarnya Pemkot Banjarmasin untuk mengangkat pewarna alam ini cukup beralasan. Sebab, bagian dari teknik pewarnaan secara natural malah sangat ramah lingkungan serta menyasar segmen pasar berbeda. “Misalkan untuk mencari warna kuning bisa menggunakan kunyit,” ujarnya.

Ia mengungkapkan justru para turis di Asia mungkin sangat menyukai warna yang cerah. Beda halnya dengan turis Eropa yang menyukai warna tak mencolok. “Tentunya untuk membumikan sasirangan ini harus menggandeng 13 kabupaten/kota di Kalsel melalui Dekranasda Kalsel,” katanya.

BACA LAGI :  Di Atas Tongkang, Cakra Khan Pukau Penonton Opening BSF 2019

Sementara, Ketua Dekranasda Kota Banjarmasin Siti Wasilah mengatakan secara terpadu pihaknya melakukan pendekatan marketing digital dan kemasan yang lebih menjual.

Ia berharap produksi dari para pengrajin Banjarmasin bisa semakin ditingkatkan dengan membangun satu unit kegiatan yang mengampu berkaitan dengan kultur, kreativitas dan turism.

“Ini bagian dari upaya pendekatan terpadu dalam pengembangan sasirangan mendukung pengembangan pariwisata di Kota Banjarmasin,” imbuhnya.(jejakrekam)

Pencarian populer:cara mengemas produk kain sasirangan
Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.